Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Saturday 19 January 2019

Dari Masalah, ke Solusi

       Saya adalah seorang yang cukup mudah melihat permasalahan. Beberapa hal yang mendukung kemampuan saya ini adalah,
1. Pesan guru saya,  
 "Memahami masalah adalah separuh menyelesaikan masalah,"
    2. Pelajaran perkuliahan PRD tentang proses rekayasa desain
    Bagian pertama dalam menyusun penyelesaian terhadap suatu masalah adalah untuk mendefinisikan masalah tersebut. Define first.

    3. Buku Metodologi Penelitian pada bagian Tujuan Penelitian
    Dalam buku ini dijelaskan. Kenapa teori-teori sosial yang diangkat dari studi kasus Indonesia, yang meneliti dan mempublikasikan adalah orang non-Indonesia? Itu karena orang Indonesia kurang peka. Modal besar seorang peneliti adalah kepekaan terhadap masalah. Banyak orang Indonesia terjebak pada rutinitas, dan menganggap sesuatu yang menarik untuk diteliti menurut orang luar negeri itu bukan masalah dan tidak perlu diteliti. Karena kita gak peka. Jadilah saya belajar untuk terus meningkatkan kepekaan terhadap problematika.

           Dulu, aku bahkan sempat terpikir untuk membuat sebuah kertas tempel besar di kamar kosan. Di sana nanti akan berisikan kliping-kliping tentang isu permasalahan di koran, lalu aku komentari satu per satu. 

           Termasuk akhir-akhir ini, aku juga beberapa kali mendorong sebuah grup yang di sana ada banyak temen-temen yang pinter, dan aktif di bidang keagamaan. Di sana aku mendorong ke temen-temen untuk saling share permasalahan yang mereka temukan, terus kita diskusikan berbarengan. Share aja, kita coba belajar untuk definisikan masalahnya dulu. Kalaupun mungkin masalahnya terlalu besar dan sulit kita pecahkan, setidaknya kita sadar dan paham akan masalah-masalah kekinian di masyarakat.

    Dan ini dapat respon,
    “Kalau aku sih gak suka bahas masalah aja, Haw. Lebih suka bahas solusi.”
    Dan akhirnya gak lanjut banyak lagi diskusi di grup itu. 

           Akhir-akhir ini, aku melihat udah makin banyak masalah besar yang penyelesaiannya gak mudah untuk bisa diselesaikan sendiri. Kemarin-kemarin perihal pornografi, terus terakhir perihal perpecahan di umat muslim. Dua-duanya hasilnya bingung,

    Apa solusinya? Is this even solvable? 

    Atau, jangan-jangan tidak masalah sebetulnya apakah kita bisa menyelesaikan permasalahan itu? Karena yang diminta oleh Allah adalah usaha kita, hasil ada di tangan-Nya. 

    Tapi aku masih bingung, apa solusinya? Terhadap masalah-masalah di atas?

    I still don’t know.

           Terakhir, kututup dengan sebuah diskusi singkat menarik di lift di gedung di kampus. Dengan seseorang yang sangat saya hormati. Orangnya ramah, mudah tersenyum, dan penampilannya muda dan santai. A very likeable person. Saya pertama bertemu dengan beliau di sebuah konferensi dari Fisika terkait energi. Beliau adalah salah satu presenter utama di konferensi tersebut, bagaimana beliau meneliti dan mengembangkan teknologi pembangkit listrik dengan bahan bakar dasar sampah. Masalah semua orang, sampah. Diubah jadi listrik. Keren.

           Lalu, pertemuan keduaku dengan beliau adalah di lift di gedung di ITB. Waktu itu kaget karena satu lift hanya dengan beliau. Karena kepo banget, saya tanya.

    “Pak.. Bapak yang.. sampah itu ya pak?”

    “Wah, sampah?”

    *plak (bego. Ini orang dosen bukan sampah. Wahh salah awal ngomongnya)
    “Oh, iya maksudnya bapak yang bicara tentang teknologi pembangkit listrik bertenaga sampah ya, Pak?”

    “Oh, itu, haha iya.”

    “Wah, iya, pak. Itu masalah semua orang ya, Pak.”

    “Benar.. Tapi kita ga bisa cuman bicara masalah, harus masuk ke solusi.”
    *ting.. (lift terbuka)

    “Saya duluan ya.”

    “Baik, Pak. Terimakasih.”

    Pesan dari beliau masih tertempel di kepala. Kita jangan cuman bicara masalah. Apa solusinya? 

    And that’s where I’m still stuck. Even to my own problem. Ya Allah aku hanya bisa berusaha menyelesaikan masalahku, kadang usahaku bagus, sering juga jelek. Hasilnya ya apa adanya. Tapi hamba menyerahkan solusi terhadap permasalahan hamba kepada-Mu.
    Share:

    2 comments:

    1. Tulisan yang bagus Haw! Iya, menurutku juga bahas solusi itu penting. Solusi sangat mungkin sekali ga bisa sekali tembak jadi. Bisa jadi perlu melalui banyak iterasi. Cuman untuk sampai ke solusi harus tahu dulu masalahnya apa seperti yang kamu bilang. Bagaimana bisa sampai pada suatu solusi bila masalah saja masih belum sependapat/terdefinisi dengan jelas? hahahaha

      ReplyDelete
      Replies
      1. You know, tapi terkadang ketika kita menyadari masalah yang ada di depan kita itu begitu besar, we felt so overwhelmed that we can't move a thing. Seperti mau menebar gula ke lautan. Jadi, sayangnya stuck, tar.

        What do you think? Is it okay to talk about bigger solutions that might not even be applicable? Not within our reach?

        Delete