Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Wednesday 23 December 2015

Fana (sementara)

Kamu tau rasanya?
Rasanya kalo kita mau meninggalkan suatu tempat yang
 sudah sangat familiar bagi kita?
Apa yang kira-kira akan kamu lakukan bila itu terjadi?
Akankah kamu memutar ulang semua kenangan demi
 kenangan yang kamu miliki tentang tempat tersebut
 hingga saat terakhir kamu di tempat tersebut?
Atau, sebaliknya? Kamu justru akan memutar ulang
semua kemungkinan demi kemungkinan yang
 mungkin terjadi di tempat baru mu nantinya?
Harapan-harapan itu.
Akankah kamu menjadi seseorang yang semakin
menghargai semua apa yang masih kamu miliki sekarang?
Atau, sebaliknya? Kamu akan menjadi seseorang yang
 semakin merasa bahwa ini semua worthless 'tak
berharga'? Untuk apa masih diperjuangkan?

FYI(For your information), I'm in that position right now.
Aku sedang ada dalam posisi bahwa segala sesuatu yang
 aku miliki sekarang mungkin akan aku tinggalkan, tidak
 dalam waktu lama, bahkan mungkin dalam waktu dekat.
Bahwa mungkin, orang yang ada di hadapanku sekarang,
 kamu, ya kamu, mungkin sudah tidak akan aku temui
lagi dalam waktu dekat.
Entah kenapa, rasanya malah seperti orang mau
meninggal ya? Haha
Padahal enggak juga. Tapi, aku memang merasakan
beberapa kemiripan.

Tapi, aku memang baru sadar sesuatu.
Bahwa dalam hidup ini, gak usah lah jadi orang itu yang
gak fleksibel. Statis.
' Hidup itu harus selalu progresif '
Bahwa adakalanya hidup ini gak akan berjalan sesuai
dengan apa yang kita rasa nyaman dan kita inginkan.
Bahwa dalam hidup ini ada sekian banyak kemungkinan,
dan cara untuk mencapai suatu tujuan yang kamu
inginkan, itu gak harus lewat jalan tol aja.
Mungkin, kamu akan lewat jalan tembusan dengan
dipandu oleh navigasi. Jalanmu mungkin berkelok-kelok,
tapi kamu selalu tahu bahwa ujung dari jalan yang kamu
tempuh ini memang menuju pada tujuan awal yang sudah
kamu tentukan.
Atau bahkan, kamu mungkin akan tersesat. Dan kamu
tahu apa yang terjadi? Hidup tidaklah semudah perjalanan
 Bandung-Surabaya. Bila kamu tersesat, dalam hidup,
hampir selalu tidak ada kesempatan untuk kembali ke
waktu yang sebelumnya. Apa yang sudah terjadi hanya
bisa kita jadikan pelajaran untuk terus maju. There is no 
turning back, button like 'undo', in life.
' Hidup itu harus progresif '

Jadi, jangan pernah beranggapan bahwa lingkungan tempat
 kamu berada sekarang adalah lingkungan paling baik
bagimu untuk mengembangkan diri, selamanya.
Jangan pernah berpikir bahwa kekayaan dan harta yang
kamu miliki adalah kenikmatan yang tiada bandingannya.
Jangan pernah berpikir bahwa ibadah yang kamu lakukan
sekarang sudahlah pada titik maksimalnya.
Jangan pernah berpikir bahwa dia, ya dia, adalah orang
terbaik bagimu dan tidak ada orang yang lebih baik darinya.

Jawabannya, hanya Tuhan yang tahu. Hidup ini hanyalah kefanaan semata.
' Hidup ini harus progresif '
Share:

Friday 4 December 2015

Exposed

Keterbukaan informasi untuk pengetahuan di hari
 ini bisa dibilang sudah sangatlah baik, terkadang
malah kelewat baik. Dengan akses internet, misal
 lewat MbahGoogle, ataupun dengan cara yang
lain, pengetahuan yang ingin kita ketahui seolah
hanya berjarak beberapa ketikan jari saja.
Sekarang ini, saya sedang sedikit tergugah untuk
 berpikir lebih dalam. Apakah itu hal yang baik?

That women over there just now, dia sedang mengutak-atik smartphone nya,
 entah sedang bermedsos ria, atau sedang berseluncur(surfing) di internet
mencari apa yang menarik baginya. Anak kecil yang dulu, yang kulihat
sedang duduk di pinggir jalan sambil bermain dengan menggunakan tab 
 yang ia miliki, entah apa yang sedang dilakukannya. Yang jelas ia tampak
 percaya diri dan memilih untuk pergi meninggalkan kumpulan teman SD
nya yang lain. Ada lagi, temanku yang memiliki pemikiran yang menurutku
 'unik'. Sepenglihatanku, ia adalah orang yang sangat rutin mengecek tab
nya. Dulu, seingatku dia sangat suka membaca berita. Tapi sayangnya aku
juga tidak tahu apa yang ia suka untuk baca. But, he has grown to become 
so different, it seems to me that he likes to give satire comments to people,
 giving pressure to people with his comment. Menurut tebakanku, hal ini
ada korelasinya dengan kebiasaannya untuk exploring the internet. Things
 like 9gag, atau mungkin karikatur-karikatur sindiran, atau entah.
 Keterbukaan informasi mampu membuat seseorang untuk mencari lebih
dalam sesuatu yang menurutnya sangat menarik tanpa menyadari --dan
tanpa disadarkan-- apakah yang ia cari itu sesuatu yang baik, atau sesuatu
 yang buruk. 

Itulah, internet memberikan informasi yang sebagian besar
bisa didapat tanpa filter. Saat kita menelusuri internet untuk
 mendalami suatu hal, yang ada hanyalah hal-hal yang kita
 cari saja. Sulit untuk mendapatkan fasilitas mengenai
apakah hal tersebut adalah hal yang baik atau buruk.
Informasi dipaparkan seolah-olah everything is true. 
Because it is on the internet, it is normal. Bahwa
kepemilikan akan pengetahuan mengenai suatu hal yang di
 internet itu tidaklah berdosa, bahasa lainnya, "It was on the
 internet! Am I wrong to have read it?" 

Apa ya, my point is, internet makes it normal to 
open things that's abnormal. Kita akan
menyanggah, enggak kok ini ada di internet, dan
 saat aku menemukannya ga ada apapun dan
siapapun yang mengatakan bahwa ini adalah hal
 yang salah. Berarti ini hal yang normal kan
untuk diketahui?

Just like him back then, it was the internet who introduced him to the things that he didn't
 even realize will make his life abnormal. Things that he thought was normal, since his 
friends were all doing the same thing, opening the same sites. He had no vision, he never 
expected -- as he was never warned by anyone --, that the things that he opened that day, 
would make him suffer so much. That it'd make him question, "If a life like this is 
abnormal, then what kind of life is normal? Define it to me, what is normal?"

Itulah, sometimes, some things are not meant for us to open yet. An early 
exposure to the things that we don't have any perspective on it yet, will 
often make us tremble. It asks us to stand on a perspective about that 
things. And sometimes, when we don't have any previous perspective, like
 parental guidance, or religion, anything, we just considered it to be
 normal if it doesn't harm us at the time we know it. By normal, I mean, 
we don't judge it as a bad thing, but we also can't define it as a good 
thing, we just take that knowledge with a zero perspective. It isn't a good
 thing, but it also isn't a bad thing.

Disitulah biasanya banyak orang terjebak.  

Because you know, sometimes what we need is just an initial perspective on anything. It's hard to stay at the middle. We have to try to take a leap of faith and judge it right away so that we know what to do about it. 

Makanya, belajar agama dong -___-" 
Share: