Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Thursday 23 April 2015

Indah Kebingungan

Hari ini, ada yang berbeda.
Perbedaan itu muncul di penghujung hari.
Di saat aku bertekad untuk memulai bekerja keras lagi, sesuatu mengusikku.

Kenapa sang bulan harus bertemu dengan begitu banyak bintang yang lain?
Hingga akhirnya sang bulan bertemu dengan sang bintang,
Sang bintang yang mengingatkannya dengan baik akan kenangan perjalanannya mengarungi alam semesta.

Ia tidaklah benar-benar sang bintang, ia hanyalah sesosok bintang yang lain.
Sesosok bintang yang begitu tak dinyana oleh sang bulan, sama sekali tak terpikirkan.
Tak terpikiran olehnya bahwa ada dua bintang yang memiliki sinar yang begitu mirip,
begitu mirip dengan sesosok bintang yang telah beredar dalam sumbu putar yang begitu dekat,
begitu dekat dengan sumbu putar sang bulan untuk sekian lama.

Sang bulan pun terbuai dalam kenangannya,
kenangan akan perjalanan di dalam gelapnya alam semesta.
dinginnya galaksi tak beratmosfer bernama sang bima
Kenangan yang mengalun-alun dengan tenang, membuat sang bulan terbuai dan terlena.

Apa maksud dari yang menciptakan mereka semua, mempertemukan sang bulan dengan sesosok pengingat kenangan lama nya?

Terkadang, aku menamakannya kebingungan.
Share:

Saturday 18 April 2015

Yang Berjilbab Syar'i dan Mengenakan Rok Panjang

Pada tulisan kali ini, saya akan becerita (lagi-lagi) tentang bagaimana saya memandang wanita. Yang saya bahas kali ini cukup spesifik, yakni mengenai bagaimana seorang wanita berpakaian. Mungkin ada baiknya saya mengawali ini dengan bercerita mengapa saya membahas hal ini.

Jadi bagi saya, ada yang berbeda antara seorang wanita atau akhwat yang tidak mengenakan jilbab dengan mereka-mereka yang mengenakannya.
Terkadang, saya suka melihat/mencuri pandang pada wanita yang tidak mengenakan jilbab, berbeda halnya dengan ketika saya bertemu dengan seorang akhwat yang mengenakan jilbab. Saya lebih memilih untuk mengalihkan pandangan, atau menunduk, atau sekadar berhenti lalu bermain HP sebentar.
Mengapa saya melakukan itu? Kita tunda dulu jawabannya sebentar .. :)

Terkadang, saya juga suka melihat/mencuri pandang pada akhwat yang dalam berbusana memilih menggunakan jeans daripada menggunakan rok. Ketika saya bertemu dengan akhwat yang menggunakan rok, saya berusaha untuk tidak melihat sama sekali kepada beliau selain hanya menundukkan kepala, atau setidaknya sekadar mencoba mengenali sosok tsb hanya untuk beberapa detik saja. Berbeda dengan ketika saya sedang mencuri pandang pada akhwat yang mengenakan jeans, terkadang saya sampai beberapa kali melakukannya. ** Ini post teh jujur **
Mengapa saya melakukan hal tadi pula?

Begini jawabannya..
Saya terkadang suka mencuri pandang kepada akhwat yang bercelana jeans karena memang itulah tabi'at manusiawi saya sebagai seorang lelaki. Terkadang, saya bisa menahan diri saya untuk tidak melihat ke arah lekukan badan tersebut, tetapi disaat lain ada sesuatu dalam leher saya yang kurang bisa saya tahan untuk tidak menoleh. Itu lah sifat manusiawi saya, nafsu.
Saya terkadang suka mencuri pandang kepada wanita ataupun akhwat yang tidak mengenakan jilbab, meskipun telah disebutkan bahwa rambut juga merupakan aurat seorang wanita. Itu lah sifat manusiawi saya sebagai seorang lelaki, insting saya untuk mencari keindahan.

Namun, berbeda permasalahannya dengan ketika saya berpapasan dengan akhwat yang berjilbab syar'i dan mengenakan rok panjang. Ada yang berbeda dalam penampilan mereka. Sesuatu dalam diri mereka menumbuhkan sebuah perasaan respect dari saya. Ketika seorang akhwat mengenakan jilbab syar'i, mereka seolah telah menghargai usaha saya untuk melihat seorang wanita tidak dari keindahan, kecantikan, ataupun keseksian fisik seorang wanita, tetapi lebih dari segi inner beauty 'kecantikan personal/dalam'. Dan dengan alasan itu lah saya balik menghargai mereka dengan menjaga pandangan saya. Karena saya sendiri tahu bahwa pandangan bisa berbahaya, pandangan yang 'pas' atau 'klik' baru bisa hilang bayangannya setelah sekian hari. Begitu lah bentuk respect saya bagi seorang akhwat yang berjilbab syar'i dan mengenakan rok panjang.

Terima kasih sudah membaca :)
Share:

Monday 6 April 2015

Bandung dan Sampah

Lately I've been thinking about what Bandung people have been doing recently(actually, it has been done for a long time now).
Lots of them like to throw away trashes everywhere they like. This is what I heard from a friend of a stall vendor near the house where I live when I brought up this topic,
"Mereka ngakunya orang Bandung, tapi ketika diajak bersih-bersih lingkungan, yang ikut itu malah orang-orang pendatang kayak penjual-penjual di jalan ini. Yang kerja bersih-bersih malah penjual, orang Bandungnya yang punya rumah di daerah dekat-dekat lokasi bersih-bersih malah diam aja."

Aku juga suka bete liat kebiasaan mereka yang kalo buang sampah sakkarep udhele dhewe (semaunya sendiri). Mending men, kalo yang dibuang ke selokan itu bungkus jajan, sisa makanan, apa. Yang dibuang ke selokan yang cuman berdiameter gak lebih dari setengah meter(kira2 40 cm an)itu kresek segepok isinya sampah berhari-hari, bahkan yang paling puarah dan tetep biasa dilakukan, itu mereka buang pasir dan tanah ke selokan. Kurang bego apa sih?

Sumpah mbuencekno. Aku lek mikir iki muangkel pol (kalau mikirin ini kesel banget). Mereka tu gatau apa kalo tanah itu dibuang ke sungai yang gedenya naudzubillah aja udah bisa nyebabin pendangkalan sungai yang berakibat pada banjir, Eh, ini dengan segala ketidakpeduliannya buang tanah sekian karung ke selokan. Kadang, bangke (bangkai) tikus juga dibuang ke selokan, ampe paling parah ada kucing men, KUCING! masih keciil terbaring begitu aja di selokan. Ini selokan apa kamar mayaat ya. Bete banget.

Harapan ku yaa ya, orang Bandung baik pendatang ataupun yang native mau dan bersedia untuk sadar. Berhenti buang sampah sembarangan, Bandung tu udah kekurangan pasukan kuning(yang banyak banget kalo di Surabaya ntu), lu tambahin sampah dimane-mane ya apa maksudnye? Buatlah tempat sampah sendiri, urus sampah sendiri. Tanggung jawab dong mas, pelis deh.

Sebagai referensi, saya tinggal di sebuah tempat yang cukup padat dengan mahasiswa pendatang.
Share:

Wednesday 1 April 2015

3-4 Tahun Lagi.

Sedih nggak sih ya jadi seorang aku? Aku sendiri kurang seberapa paham.
Aku udah terlalu attached 'tertempel, tergantung' sih dulunya. Secara hati aku udah jatuh. Secara akal aku memediasi aja. Harus bisa yah? Hadepin perasaan ini, terus dimediasi supaya nggak terlalu needy. Nanti di masa depan kita nggak pernah tahu bakal jodoh sama siapa lagian.

Cuman 3 sampai 4 tahun lagi..
Share: