Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Wednesday 23 January 2019

Riweuh Numbering di Microsoft Word

Alhamdulillah, postingan ini sekadar ingin menyimpang kenangan dan solusi akan ribetnya proses numbering di MS Word 2010. Mungkin kalian juga pernah mengalaminya.

Problem : Bikin numbering.
1.0 BAB 1
1.1 sub-bab 1
1.1.1 sub 1 - sub bab 1
1.1.2 sub 2 - sub bab 1
1.2 sub-bab 2
1.2.1 sub 1 - sub bab 2
1.2.2 sub 2 - sub bab 2
1.2.3 sub 3 - sub bab 2

2.0 BAB 2
2.1 sub bab 1
1.2.4 sub 4 - sub bab 2 dari bab 1 (%$%#%@@!!!)
1.2.5 sub 5 - sub bab 2 dari bab 1 (&^&%!#!#$$!!)

#stress
 ---------------------------------------------
Kadang hal seperti di atas terjadi, dari tadi dan bahkan kemarin-kemarin juga aku agak stress sama urusan ginian. Apa sih solusinya? Supaya setelah 2.1, itu masuknya ke 2.1.1. Tapi, ternyata sama MS Word malah dibalikin ke 1.2.4, sub-sub bab sebelumnya di bab 1. Ini pusing dan ngeselin banget.

Nah, gimana opsi solusinya? Aku nemu 3, dan ke-3 yang paling ampuh dan sedang kugunakan.

1. Hoki-hokian
Coba delete 1.2.4 nya, terus ketik manual 2.1.1, lalu tekan spasi. Atau, 2.1.1 JUDUL, lalu tekan enter. Jika kita beruntung, kita akan dapati 2.1.1 akan maju menjadi sebuah numbering yang kita harapkan. Kalau tidak, ... lanjut ke langkah selanjutnya.

2. Pakai fitur styles

Di kanan atas, di window HOME, ada styles. Di sana ada beberapa jenis heading disertai nomor-nomor numberingnya. Pilih yang paling cocok, atau paling mendekati. Tapi jika masih tidak ada yang pas, maka tetap pilih yang paling mendekati, lalu klik kanan pada number itu dan pilih set numbering value. Ganti menjadi yang diinginkan. Jika tidak bisa, .. lanjut lagi ke opsi selanjutnya.

3. Sukses
Cara ini mirip dengan cara 1, tapi setelah mengetik nomor yang kita inginkan, jangan gunakan space, atau tulis judul yang diinginkan lalu enter. Tapi, setelah mengetik nomor, tekan tombol TAB.
2.1.1 (tekan TAB)
Taraa, berubahlah dia menjadi number sesuai dengan yang kita ketik.

Alhamdulillaah..

Nanti akan muncul permasalahan-permasalahan selanjutnya, tetapi setidaknya masalah paling pertamanya sudah terselesaikan. Masalah selanjutnya mah tinggal penyesuaian aja, kaya tinggal increase/decrease indent di sebelah kirinya opsi numbering pada window HOME. Oke mantaps.


#suksesTA
Share:

Saturday 19 January 2019

Dari Masalah, ke Solusi

       Saya adalah seorang yang cukup mudah melihat permasalahan. Beberapa hal yang mendukung kemampuan saya ini adalah,
1. Pesan guru saya,  
 "Memahami masalah adalah separuh menyelesaikan masalah,"
    2. Pelajaran perkuliahan PRD tentang proses rekayasa desain
    Bagian pertama dalam menyusun penyelesaian terhadap suatu masalah adalah untuk mendefinisikan masalah tersebut. Define first.

    3. Buku Metodologi Penelitian pada bagian Tujuan Penelitian
    Dalam buku ini dijelaskan. Kenapa teori-teori sosial yang diangkat dari studi kasus Indonesia, yang meneliti dan mempublikasikan adalah orang non-Indonesia? Itu karena orang Indonesia kurang peka. Modal besar seorang peneliti adalah kepekaan terhadap masalah. Banyak orang Indonesia terjebak pada rutinitas, dan menganggap sesuatu yang menarik untuk diteliti menurut orang luar negeri itu bukan masalah dan tidak perlu diteliti. Karena kita gak peka. Jadilah saya belajar untuk terus meningkatkan kepekaan terhadap problematika.

           Dulu, aku bahkan sempat terpikir untuk membuat sebuah kertas tempel besar di kamar kosan. Di sana nanti akan berisikan kliping-kliping tentang isu permasalahan di koran, lalu aku komentari satu per satu. 

           Termasuk akhir-akhir ini, aku juga beberapa kali mendorong sebuah grup yang di sana ada banyak temen-temen yang pinter, dan aktif di bidang keagamaan. Di sana aku mendorong ke temen-temen untuk saling share permasalahan yang mereka temukan, terus kita diskusikan berbarengan. Share aja, kita coba belajar untuk definisikan masalahnya dulu. Kalaupun mungkin masalahnya terlalu besar dan sulit kita pecahkan, setidaknya kita sadar dan paham akan masalah-masalah kekinian di masyarakat.

    Dan ini dapat respon,
    “Kalau aku sih gak suka bahas masalah aja, Haw. Lebih suka bahas solusi.”
    Dan akhirnya gak lanjut banyak lagi diskusi di grup itu. 

           Akhir-akhir ini, aku melihat udah makin banyak masalah besar yang penyelesaiannya gak mudah untuk bisa diselesaikan sendiri. Kemarin-kemarin perihal pornografi, terus terakhir perihal perpecahan di umat muslim. Dua-duanya hasilnya bingung,

    Apa solusinya? Is this even solvable? 

    Atau, jangan-jangan tidak masalah sebetulnya apakah kita bisa menyelesaikan permasalahan itu? Karena yang diminta oleh Allah adalah usaha kita, hasil ada di tangan-Nya. 

    Tapi aku masih bingung, apa solusinya? Terhadap masalah-masalah di atas?

    I still don’t know.

           Terakhir, kututup dengan sebuah diskusi singkat menarik di lift di gedung di kampus. Dengan seseorang yang sangat saya hormati. Orangnya ramah, mudah tersenyum, dan penampilannya muda dan santai. A very likeable person. Saya pertama bertemu dengan beliau di sebuah konferensi dari Fisika terkait energi. Beliau adalah salah satu presenter utama di konferensi tersebut, bagaimana beliau meneliti dan mengembangkan teknologi pembangkit listrik dengan bahan bakar dasar sampah. Masalah semua orang, sampah. Diubah jadi listrik. Keren.

           Lalu, pertemuan keduaku dengan beliau adalah di lift di gedung di ITB. Waktu itu kaget karena satu lift hanya dengan beliau. Karena kepo banget, saya tanya.

    “Pak.. Bapak yang.. sampah itu ya pak?”

    “Wah, sampah?”

    *plak (bego. Ini orang dosen bukan sampah. Wahh salah awal ngomongnya)
    “Oh, iya maksudnya bapak yang bicara tentang teknologi pembangkit listrik bertenaga sampah ya, Pak?”

    “Oh, itu, haha iya.”

    “Wah, iya, pak. Itu masalah semua orang ya, Pak.”

    “Benar.. Tapi kita ga bisa cuman bicara masalah, harus masuk ke solusi.”
    *ting.. (lift terbuka)

    “Saya duluan ya.”

    “Baik, Pak. Terimakasih.”

    Pesan dari beliau masih tertempel di kepala. Kita jangan cuman bicara masalah. Apa solusinya? 

    And that’s where I’m still stuck. Even to my own problem. Ya Allah aku hanya bisa berusaha menyelesaikan masalahku, kadang usahaku bagus, sering juga jelek. Hasilnya ya apa adanya. Tapi hamba menyerahkan solusi terhadap permasalahan hamba kepada-Mu.
    Share: