Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Sunday 1 January 2017

Apa yang Kalian Takuti?

Kalian pernah merasa takut?

...

Menurut kalian, ketakutan apakah yang paling menakutkan?

Apakah itu tentang dunia di luar kalian? Atau, kalian lebih takut pada imajinasi kalian?

Pada kelemahan kalian, pada bara lava di dalam diri kalian yang selama ini belum pernah memiliki kesempatan untuk keluar. Takut jika ia keluar maka ia tak akan bisa tertahankan.

Ketakutan terbesar apa yang kalian miliki?

Orang tua kalian yang tidak akan mengizinkan kalian melakukan ini dan itu, teman-teman kalian yang tampaknya membicarakan kalian di belakang kalian, menunggu dari balik selimut untuk menikam dengan pisau paling tajam dan dengan langkah paling tanpa pertanda, atau, senyuman kecil yang masih saja diberikan oleh orang terdekat kita yang sedang mengalami sakit keras. Takut bahwa mungkin ternyata segala apa yang tampak di hadapan kalian hanyalah sementara. Bahwa semuanya akan berubah, segera atau tidak, tapi ia akan berubah

Pernahkah kalian takut, begitu takut?

Takut pada Tuhan, mungkin?

Saking takutnya kalian sampai tak tahu siapa di antara diri kalian yang sebenarnya takut, apakah itu diri kalian, atau, siapa? Ku tak tahu.

Karena tampaknya pada saat lain kadang ketakutan itu tidak lagi terasa.

Jadi, seberapa besar ketakutan kalian?

...

Dari dulu, hidup dalam ketakutan dan kekalutan.

Kalian tahu salah satu tulisan yang paling kusuka?

"Orang-orang yang Berlari."

Because it defines so many things, it tells me a story, a whole lots of story. Not just about the characters inside that story, but I believe, this story takes the heart and soul of so many people in this world. The people who run. 

From fear, from anger, from revenge, from self-pity, from sadness, from failure, from a broken relationship, from boredom, from reality.

Cerita ini menceritakan kepadaku bahwa sekian puluh persen (pengalaman dan instingku mengatakan mungkin sekitar 30-80%) dari manusia hidup dalam bayang-bayang akan sesuatu. Terus berusaha menjauh darinya.

Seperti tulisanku pada Maybe.

Sisanya, hanya sedikit orang yang benar-benar tenang menjalani hidup, setenang air yang mengalir.

Yang lainnya?

People like me, or maybe like you. Or if it isn't you, maybe it's your parent, your close friend, your brother, sister, or maybe your grandpa who's gone through war.

Orang-orang yang sibuk untuk mencari kesibukan. Mereka-mereka yang sibuk untuk berusaha melupakan. 

Tahukah kalian rasanya?

Takut. Takut. Takut.

Jujur, aku ingin belajar cinta.

Mencintai segala ketakutan itu, memeluknya erat dan berkata pada diri sendiri,

Tidak apa-apa, mereka tidak akan menggigitmu lebih kuat dari dirimu, Nak. Kamu masih akan terus bangkit lagi, berjuang lagi, terus mencari cinta. Mencari cinta agar kau mampu memberikan semua ketakutanmu rasa bahwa mereka dicintai.

Agar pada akhirnya, rasa takut itu akan lelah karena ia merasa tidak mampu untuk mengubahmu lagi.

Bahwa keberadaannya tidak lagi membuatmu takut, tapi kau malah akan memberikan ia penerimaan, dengan didasari kesadaran, bahwa memang kita manusia.

Sudah sepantasnya kita takut pada Tuhan, pada kemungkinan bahwa diri kita tak akan mampu untuk langsung menerima takdir yang telah Ia tetapkan untuk kita.

Teruslah berharap. Lantunkan do'a :"

Jujur, aku takut.

Akankah aku menemukan cinta yang bisa membuatku mendekap ketakutanku dengan hangat?

Akankah cintaku berlabuh pada-Nya sebelum ia berlabuh pada selain-Nya?

Aku takut bila jawabannya adalah,

tidak.

Naudzubillah.

Share:

0 komentar:

Post a Comment