Masa-masa refleksi tentang apa yang telah terjadi selama ini. Pertanyaannya, kemana jalan yang kita lalui ini akan membawa kita? |
Tahun pertama adalah tentang belajar, belajar, dan belajar. Belajar beradaptasi, berkenalan dengan teman-teman dengan berbagai macam latar belakang, belajar menjadi staf kepanitiaan di sebuah masjid, belajar cara belajar dengan beratnya materi kuliah, intinya belajar untuk lebih mengerti bahwa tahun ini adalah tahun penyiapan bekal untuk tahun-tahun ke depan yang akan lebih berat.
Tahun kedua, segala macam perihal perjurusan mulai menghampiri. Minat pribadi mulai tumbuh karena sudah merasa mulai mengenal hal-hal menarik di Salman, di kampus, atau di luar kampus. Kebiasaan-kebiasaan baru mulai dibangun sebagai pembentuk karakter di masa depan. Karakter peduli dengan sekitar lewat pengabdian kepada masyarakat, karakter untuk bangkit lagi meskipun baru saja mengalami kegagalan, serta karakter-karakter lainnya yang masih ingin dicoba apakah itu sesuai dengan karakter dalam diri. Tawaran-tawaran menarik berdatangan untuk aktif di tempat a, b, dan c. Sudut pandang yang dulunya masih terpusat pada diri sendiri, kini mulai lebih terbuka dan sadar bahwa permasalahan itu bukan hanya tentang diri kita sendiri loh. Ada teman kita yang mulai hilang dan tidak pernah datang kuliah, ada masjid di dekat rumah yang kita rasa sepi dan butuh pengurus aktif, atau lingkungan masyarakat yang rasanya perlu disadarkan bahwa mereka memiliki potensi terselubung.
Tahun ketiga, saatnya untuk sadar bahwa kuliah sebagai S1 kemungkinan besar hanya dialami sekali. So, let's make it all worth it, giving our best in something. Kadang merasa terlalu banyak memberi perhatian pada suatu hal, sampai lupa bahwa kadang diri juga perlu diurus. Kadang sakit, kadang kecewa dengan hasil akademik, kadang ditanya kenapa jarang menghubungi keluarga. Time to lose ourselves in something. Romantika perjuangan yang sesungguhnya. Akademik memuncak, tapi pada saat yang sama, keinginan dan keyakinan untuk take part dalam membuat perubahan menjadi semakin kuat. Di saat ini pula, segala kekurangan dan kekanak-kanakan dalam diri ini semakin menjadi-jadi. Awalnya kebiasaan menunda-nundanya hanya untuk sehari saja, jadi sampai berminggu-minggu untuk sekadar mencuci, atau hal-hal sepele lainnya. Dulu, malas hanya membuat diri terlambat kuliah, tapi di masa ini bahkan berangkat kuliah pun ogah. Tak jarang, diri menjadi linglung, tak yakin apakah yang dipilih sudah merupakan jalan yang tepat? Apakah perjuangan ini worth it? Bermanfaat bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesuatu yang lebih berarti.
Sekarang, sudah tingkat empat. Time flies. Rasanya perihal apa yang telah dilakukan selama ini tak terlalu masalah, tapi yang sekarang menggayut di pikiran adalah pertanyaan di awal tadi. After all this fight, what will happen next? Jalan mana yang akan ditempuh?
Apa jawabannya ?
... (berlanjut di Ada Hati yang Harus Dijaga - part 2)
0 komentar:
Post a Comment