... (lanjutan)
Sekarang, sudah tingkat empat. Time flies. Rasanya perihal apa yang telah dilakukan selama ini tak terlalu masalah, tapi yang sekarang menggayut di pikiran adalah pertanyaan di awal tadi. After all this fight, what will happen next? Jalan mana yang akan ditempuh?
Apa jawabannya ?
Perumusan tentang apa yang akan dilakukan pada tingkat 4 sebenarnya adalah sebuah hasil dari pengintegralan akan semua pengalaman-pengalaman yang telah disimpan selama ini. Layaknya sebuah kurva 2D sederhana dengan sumbu y sebagai pengalaman hidup dan sumbu x sebagai waktu, maka saat dilakukan integrasi akan muncul sebuah bilangan khusus. Itulah bekal yang telah kita dapatkan. Yang jadi masalah sekarang adalah akan ke arah manakah sekarang kurva kita?
Well, aku sendiri sudah pernah dengar cerita tentang mahasiswa yang tidak lulus-lulus, atau seperti diceritakan dosen ada juga yang karena main game sampai tidak pernah muncul lagi batang hidungnya hingga di-DO. This is not common, but this happens sometimes. Kesibukan yang selama ini telah menjaga kita untuk terus dan terus bergerak, kini mulai berkurang. Waktu tidur yang dulu terasa sedikit tapi membahagiakan, bisa jadi saat masuk di tingkat 4 ini malah akan jadi banyak tapi rasanya tak juga cukup. Karena di masa ini, it's up to us. Tentu kita akan fight untuk mata kuliah SKS pilihan kita karena kita mungkin suka dengannya, tuntutan belajarnya jelas, dll. Sedangkan TA? What you're gonna do with it is your own decision. Dosen mungkin akan meminta laporan progress, tapi iya kalau beliau peduli. Teman mungkin akan meminta untuk mengerjakan bareng, tapi kita yakin bisa meninggalkan our illusory activities? Activities like playing FIFA, DOTA, or.. watching drama, maybe? Sekali lagi, terserah kita.
Well, ada juga kok mahasiswa yang di tingkat akhirnya malah semakin "sukses", or maybe you could say, productive. Seperti menginisiasi gerakan pengmas, atau menambah amanah saat di tingkat 4. Mereka gak merasa cukup hanya dengan TA saja. Kesadaran akan salah satu tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian masyarakat serta akan pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama ada pada diri mereka. They choose not to stop moving. Ada, tapi gak banyak. Sepenglihatanku, biasanya yang banyak ya di antara keduanya, mau fokus TA, tapi kalau jenuh ya main game. Mau fokus ke pengmas, ragu soalnya nanti ga bisa fokus TA-nya. Katakan padaku kalau ini salah. Kalau ditanya pandanganku, no problem sih. Sekali lagi, terserah kita.
Balik ke pembahasan di awal tentang integral. Semua pengalaman-skill-dan-leadership dalam keorganisasian, link teman-teman seperjuangan dulu, duit, kit dan komponen bekas proyek, great ideas, rencana proyek, buku, dan semua bekal yang adalah hasil pengintegralan kehidupan kita selama ini, mau diapakan? Apakah akan terus diasah dengan digunakan lagi? Beruntung buat orang-orang yang bisa dapet topik TA yang menggunakan hampir semua bekal yang udah dikumpulkan. Kalau enggak, mau dipakai apa? Apakah kurva sederhana kehidupan kita itu akan menurun begitu saja? Tentunya, kalau bicara soft-skill, pasti lebih baik kalau ia terus diasah sampai menjelang ke tahap mencari kerja.
Aku sendiri baru sadar itu beberapa saat lalu. Apa sih gunanya kenalan sama semua orang selama ini? Ikut organisasi A, B, C. Bantu-bantu disini, sana. Baru kepake di saat sekarang saat mencoba mengalkulasikan hasil integral dari semua langkah yang udah ditempuh selama ini. Untuk menentukan langkah apa yang akan diambil di masa depan. Bismillah, insyaAllah my ship is ready to set sail, some of you might be too. May Allah bring Rahmah to our journey. Aameen.
Scene dari film Mohammed Al-Fatih. Setelah akhirnya kapal bisa diloloskan melalui rantai lewat jalur darat. Crazy ideas. |
... (berlanjut di Ada Hati yang Harus Dijaga - part 3)
0 komentar:
Post a Comment