Bismillah, semoga jadi lebih semangat.
What I did today was pretty exceptional. Going to someone else's wedding party. I've never known this person in particular. I just knew her father who's used to come to Salman in some occasions to give his insight. In term of size, he is small. But I think in term of his mind, he sure has a big mind. Of course man, because it was like whatever you tells him, he can replies with a good answer. Humph. And today, it was her daughter's wedding reception.
Saat di mobil aku tidak terlalu terpikir banyak tentang acaranya akan seperti apa, tetapi semakin dekat aku ke pintu masuk acara, aku jadi terpikir. Aku sendiri sudah pernah mengikuti pernikahan lain, pernikahan Mbakku. Jadi aku sudah memiliki pembanding. Aku terpikir tentang kedua calon. Sang perempuan adalah anak dari salah seorang pengisi rutin di Masjid Salman. Sedangkan suaminya adalah seorang anggota TNI, tampaknya dari Angkatan Udara. Akan seperti apakah acara pernikahannya?
Kesan pertama, laki dan perempuan dicampur.
Kesan kedua, standing party.
Kesan ketiga, hingar bingar musik dan lagu. Not to mention that the women who's singing sometimes uses pampered words. I mean, something that sometimes a dangdut dancer would say. Dengan suara yang kadang bikin bergidik itu. Kayak sok centil minta diperhatiin. Malu nya dimana gitu. Eh, kelewatan.
Kesan keempat. Makanannya enak. I've got to admit this. Thank you so much.
Kesan kelima. Yang dateng kalo ya gak ganteng-ganteng, ya cantik-cantik. Some of them use miniskirt, you know?
As for now, I'd like to talk to you about that 5th impression.Dari sekian banyak yang dateng, banyak juga kok yang berkerudung lebar, atau ga ya berkerudung dan ya memang rata-rata subhanallah sih cantiknya. Dengan pakaian warna-warni atau mencolok, riasan-riasan sedikit agar tampak lebih cantik.
Mungkin aku yang terlalu banyak menuntut dunia agar mengikuti standarku. Meski memang di dalam Islam juga dilarang untuk berias berlebihan karena khawatir tabarruj. Berdandan untuk seseorang yang tidak halal. Tetapi memang lebih dari itu, it's something about my personal values that intrigues me. Di postinganku sebelumnya, aku pernah bercerita tentang tak perlu lah aku menjadi seseorang yang terlalu keren demi semua orang. Cukup satu orang yang bersedia untuk menjadi istri saja. Di kasus ini, aku penasaran, sedikit setengah jengkel(?). Untuk siapa sebenarnya mereka berdandan? Kenapa mereka harus tampil cantik, yang ya kadang sampai melewati batas koridor agama mungkin ya.
I remembered back then when I still often go to an online support group forum, there's someone who stated that women actually want to look good is for the purpose of pleasing men. Kata dia, wanita itu ya gitu, caper cowok aja. Contoh nyatanya ada di playboy magazines, kontes kecantikan(sedikit ekstrim sih). Plus, berikut sedikit kutipan menarik yang baru kutemukan tentang kontes kecantikan: "Tubuh perempuan dianggap sebagai milik publik dan kontrolnya ada di masyarakat. Masyarakat selalu merasa punya hak untuk mengatur tubuh perempuan." (dari analisis media september 2013). Ya itu, cewek berdandan itu buat memenuhi kesenangan masyarakat. Siapa yang paling suka melihat? Ya biasanya cowok. Ya supaya diliatin sama cowok. Eh, kasar nggak sih kata-katanya?
Some weeks ago, I was talking with my
friend about this, and she said a different thing. Beliau berdandan ya untuk
memenuhi standar kecantikan bagi diri sendiri *which you obviously should
have*. Bukan bermaksud menyerang pernyataan beliau, tapi aku tidak benar-benar
yakin hasil akhirnya benar-benar untuk diri beliau sendiri. Aku penasaran, kemanakah
kalian para wanita melihat standar fashion terbaru abad ini? Bukannya
ujung-ujungnya ke pakaian dan barang-barang yang digunakan oleh orang-orang
yang tidak syar'i ya? Like Koreans, or Western public idol. Menurutku ini masuk
akal karena misal orang-orang Barat, mereka sudah sejak dulu menjadi kiblat
fashion dan menjadi produsen barang-barang kecantikan untuk wanita. Dari ujung
kuku sampai ujung rambut paling atas. Tentu, opiniku bukan yang paling benar,
semua masukan sangat kuhargai kok(Sok weh kalo mau komentar di bawah).
Balik lagi. Seseorang yang awalnya bukan
mau berdandan untuk kami para pria, ketika menggunakan referensi fashion kepada
(salah satunya) dunia Barat yangmana para perempuannya berdandan supaya
diapresiasi oleh pria, malah jadi menggunakan atribut-atribut yang sebenarnya
ya merupakan idaman kami para pria. Jadi sebetulnya ini balik lagi. Untuk siapa
kalian berdandan? Kami, para pria? Atau kalian ingin balasan yang lebih baik,
yakni mendapatkan ridho Allah? Jelas solusinya bukan dengan tidak berdandan.
Akan tetapi,
Rules number one: Hindari berdandan untuk
kami para pria yang belum halal untuk kalian. Karena aku sendiri juga ga bisa
menjamin apa yang akan terjadi bila foto kalian jatuh pada tangan orang yang
memiliki maksud hati yang tak baik pada kalian, naudzubillah.
Next,
Rules number two: Jika ingin mendapatkan
ridho dan cinta dari Allah, maka mengaculah pada cara berpakaian orang-orang
yang ingin mendapatkannya. Jangan ke tempat lain.
Surely, di zaman sekarang memang antara
benar dan salah makin tercampur, baik dan buruk makin nggak jelas batasnya. You
surely need to be smart, girls! Good luck!
P.S.: Do'akan kami para lelaki bisa menjaga
pandangan kami sehingga kalian tidak jadi terlalu banyak terpikir apa kata kami
tentang kecantikan kalian. Capek kalau hidup menuhin tuntutan orang lain teh..
0 komentar:
Post a Comment