Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Tuesday, 8 November 2016

Tentang Kegelisahan Itu

Draft beberapa hari lalu,

       Tadi, aku berdiskusi dengan temanku terkait tema menarik laki-laki angkatan kami, lawan jenis. Menarik.

       Awalnya aku penasaran tentang dulu ketika suatu malam aku melihatnya mondar-mandir di depan masjid Salman sambil melihat-lihat ke sekeliling. Waktu itu udah cukup malam, jam 9 mungkin. Saat itu, aku masih di Salman karena ada kebutuhan ber-Wi-Fi ria menggunakan hotspot. Jadinya aku memutuskan untuk menginap saja di Salman hari itu. Setelah bersalaman dan menyapanya, kami berpisah dan aku duduk-duduk di tempat duduk tempah teh yang dekat ke tempat jalan menuju fotocopy Salman. Nah, waktu itu aku melihat ada seorang akhwat berpakaian gelap, hitam sepertinya, keluar dari tempat akhwat. Temanku ini menghampiri dia, awalnya aku berhusnudzon saja mungkin dia hanya mau ke tempat akhwat sedikit untuk mengambil air. Well, ternyata mereka tampak berkomunikasi sedikit. Kemudian, mereka berjalan berdua sambil berjarak menuju ke jalan menuju kantin, tampaknya pulang.

       Saat itu aku terpikir. Wah, ternyata. Ada apa ini gerangan? Well, sebagai seorang laki-laki yang peduli dengan keadaan teman(atau kepo ya? Haha), aku kepikiran. Jadi tadi waktu aku bertemu dengannya, kutanyakan padanya.
"Broh, kayaknya aku pernah liat kamu nganter temen perempuan ya waktu di Salman? Malem-malem. Siapa tuh?"

Jawabannya tak pernah kusangka,

"Kenapa Haw? Mau kenalan?"

*Duh* *Bukan gitu* *Waktu itu juga aku ngeliatnya gak dari depan, jadi ga keliatan dia orangnya kayak apa atau siapa*

       Ya sebetulnya aku hanya khawatir apakah mereka ada apa-apa. Itu tadi, sebagai seorang teman yang peduli, setidaknya jika aku belum bisa mengingatkan, aku tahu dahulu apa yang benar-benar terjadi. Kalau mereka ada apa-apa dan aku bisa memberitahukan kepada temanku yang mungkin lebih bisa memberikan pengertian tentang pentingnya menjaga hubungan dengan lawan jenis, ya kenapa tidak? Tau nggak? Kok jadinya tadi malah aku yang dikasih masukan banyak ya wkkwkwkw. Macem-macem, mulai dari harus berharap hanya sama Allah, terus harus cukup perhatian dari orang tua, sama harus hati-hati sama perasaan.  Ya memang setting-nya aku kayak sok lagi galau gitu sih. Gatau ya emang lagi galau atau engga. Mungkin?

Hmm.. Kegalauan. Kegelisahan itu.

       Gatau ya, kegelisahan itu apa ya? Apakah khawatir akan takut mengecewakan harapan lawan jenis? Tatapan yang kadang kudapat ketika aku beradu pandang dengan seorang perempuan. Kadang somehow aku melihat atau merasa bahwa ada pengharapan di sana. *Aku bingung*. Jadi kayak seolah pengen buat membalas perhatian itu gitu. Serius. Kalau nanti aku udah menikah, insyaAllah aku bakal mau gitu buat saling tatap gitu. Cuman duduk, melihat, dan diam. Although I don't really know whether I'll be brave enough to do that haha. Tapi kalau sekarang, itu terasa kayak mengkhianati diri sendiri yang seharusnya lebih cinta pada Allah dan patuh sama aturan-Nya. Lagian, selain aku khawatir dengan menjaga hati, aku juga khawatir dengan pikiranku sendiri(?).

Para kakak-kakak tingkat atas juga udah pada rame gitu ngebahas ini.
"Bro, udah bikin list(rencana calon istri) belum?"
atau,
"Kita ini udah harus punya pendapatan broh. Supaya gak kesulitan waktu walimahan."
 atau,
"Eh, itsar yaa nanti kalo misal ternyata yang kita incer sama broh. Hehee." (ada gitu yang mau itsar buat ini? wkwkwk)
"Wah, Kak, gimana sih caranya bisa jadi ikhwan paling suami-able" (weq, ada predikat ini ternyata wkwkwk)

       Macem-macem lah. Ada juga yang kepikiran tentang entah kenapa ada rasa bahwa udah harus nge-tag segera. Ini butuh pembahasan lebih lanjut sih. Karena entah kenapa memang dorongan untuk nge-tag itu seringkali bertimbal-balik dengan kondisi kita, misal kondisinya seolah menunjukkan bahwa lawan jenis yang kita tag entah kenapa(well, pakai entah kenapa karena ini tentang rasa. Dan rasa kan biasanya ga gampang didefiniskan) juga condong ke kita gitu. Kadang kegelisahan itu suka muncul dari rasa tersebut, plus dari mendengarkan obrolan para tetua tetua juga sih.

       Ya, kepada Allah aku sampaikan kegelisahanku ini. Disini aku hanya hendak bercerita sebuah sudut pandang kehidupan ikhwan aktipis salman weh. Aku pribadi sih berharap temen-temen ku yang ikhwan bisa lebih sabar dan instead of thinking about things like these too much, I think the problem the world today face needs a much bigger portion to be discussed. Dan untuk temen-temen akhwat, yang sabar juga. Aku ingat bahwa ada sebuah tulisan tentang bagaimana pergerakan peradaban sebenarnya sangat bergantung pada calon ibu beserta ibu-ibu di peradaban tersebut. Bukannya saya ingin bilang jangan menghambat seorang ikhwan dalam mencapai mimpinya, tapi doronglah laki-laki, utamakan dari saudara terlebih dahulu, untuk mengejar mimpi mereka. Tolong ngerti, bahwa kita punya masalah besar di Indonesia sekarang. Sure, dukungan dari kalian akan sangat membantu kami dalam menjalankan dakwah ini. But, keep in mind supaya jangan sampai kalian memberikan harapan atau meminta harapan dari kami. Itu bikin kami bingung :(

       Aku pribadi belum berniat untuk mengurus perkara ini dulu. Aku berharap ya bisa berteman, dan bersama-sama berdakwah dengan ikhlas lillahi ta'ala. Aamiin. Semoga nggak kebelok niatnya. Aamiin. Semoga ada masalah besar yang bisa kuselesaikan selama aku masih belum memasuki tahapan selanjutnya dari kehidupan ini. Aamiin.

Aku baru tau ada do'a seindah ini. Aamiin.
sumber gambar: http://jilbab.or.id/archives/1028-doa-nabi-di-kala-galau-resah-perasaan-sedih-melanda/
Share:

0 komentar:

Post a Comment