Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Saturday 25 July 2015

Rena Elhasanah

Siswa kelas dua yang sangat cemerlang.
Di samping tingkah lakunya yang santun, ia dikenal sebagai siswa yang taat beribadah.
Dalam banyak kesempatan, ia menyempatkan diri shalat Dhuha dengan minta izin kepada guru saat jam belajar.
Ibunya sudah tiada
ayahnya kawin lagi di rantau orang dan tidak pulang-pulang.
Kini, ia tinggal dengan neneknya.
---
Cewek manis yang rambutnya sering berkepang dua itu benar-benar membuatnya mabuk kepayang.
---
Sebuah suara mengalir lembut dari arah belakangku,
Ia terlihat makin manis dengan rambut yang tergerai rapi sepinggang dan bersahaja dengan baju kaus putih oblong dan celana jean yang sedikit longgar.
ia memang manis dan cukup semampai.
tingginya sekitar empat sentimeter kurangnya dari tinggi badanku yang 169 sentimeter.
incaran Adi bermata teduh 
---
satu perempuan cemerlang berhati sabar ini.
dari matanya yang sejuk, tak ada rona kecewa dan sesal di wajahnya walau jalan hidupnya berat.
---
"Tapi, Rena merasa Uni Laura menjadi perempuan yang beruntung mendapatkan Uda," ucapnya pelan dengan wajah cemburu.
---
"Ada apa, Uda Rul?" sapanya hormat, tepat membelakangi dinding kelas.
"Eh, ini, Ren. Aku mau minta tolong. Begini.... Tapi, bisa, kan?"
"Iya. Selagi bisa, Rena usahakan. Apa itu?"
"Ini, aku mau titip ini ke Radio Alphabet. Bisa?"
"Apa ini?"
"Puisi Hati."
"Untuk siapa?" tanyanya selidik.
"Pokoknya aku minta tolong. Bisa, kan?"
"Iya. Tapi, bilang dulu, ini untuk siapa?" tanyanya merajuk.
"Rahasia, Ren. Please, bantu aku, ya?"
"Untuk Rena, ya?"
Aku tercekat dan diam saja.
"Iya, Uda?"
Terkejut juga aku ditanya seperti itu.
Dengan perasaan senang, ia menerima amplop putih yang berisi Puisi Hati itu. Lalu, masuk kelas dengan riang.
---
ia langsung bergegas menuju tempatku yang masih terpaku di gerbang sambil tersenyum manis.
Ia terlihat makin manis dengan rambut yang masih dikepang dua dan lebih terlihat bersahaja.
ia berhenti dan malu-malu.
Kedua pipinya merona dan tersenyum lagi dengan cerahnya.
---
wajahnya yang semula cerah berubah pucat dan malu.
Tanpa permisi, ia segera berlalu dengan tergesa-gesa.
---
salah satu siswi cemerlang yang masih kelas dua dan terkenal sangat taat dalam beribadah itu.
Tak pernah ia bicara panjang lebar di depan siapa pun selain ini.
---
Si manis bermata teduh
---
"... . Sebelum tenda biru ditegakkan, sebelum ijab kabul diucapkan, maka selalu ada usahaku untuk mendapatkan Rena Elhasanah, satu dari sekian perempuan langka itu. Karena apa, Rul? Karena, sampai sejauh ini, aku tak pernah merasa tersinggung oleh tutur bahasanya. Dan, ia sangat alim. Syarat-syarat istri shalilah ada padanya walau ia masih berumur delapan belas tahun. ...."
---
Dan, aku tahu ia jujur saat melihat seorang perempuan manis.
Rambut hitam tebalnya diatur dengan jepit rambut.
Ia terlihat manis dan sederhana
Ada sesuatu dalam matanya yang teduh.
Ada cinta mendalam di sana, lebih dalam dari samudra terdalam.
Ia segera mengalihkan pandangan.
---
Sebagai perempuan baik-baik, tentu ia tak mungkin menyatakan rasa sukanya terang-terangan kepadaku.
---
Tahu dari mana cewek manis ini?
---
Matanya yang teduh sungguh sebuah pesona.
---
rambutnya yang lembut dan terurai pasrah
perempuan berhati mulia ini
---
Tiba-tiba, ia tersenyum manis.
Lebih manis dari yang pernah aku lihat.
Ia merasa damai, setenang-tenangnya diri.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah karakter dari novel karya Yoyon Indra Joni dengan judul Puisi Hati. Ia adalah sesosok yang seperti yang tertulis di dalam novel itu sendiri. Begitu memikat, seandainya ia ada di dunia ini, maka aku berharap bisa menjadi suaminya yang beruntung. Secara fisik, kekurangannya salah satunya adalah memang dia belum berjilbab, tidak tahu lagi kekurangan-kekurangan lain yang belum disebut. Meskipun frasa 'Matanya yang teduh sungguh sebuah pesona' seolah sudah bisa menjawab dan menghapuskan segala kekurangan fisiknya yang lain :"". Secara karakter, menurut saya ia adalah sesosok wanita idaman. Kenapa tidak ada di dunia ini saja? Ketika sesuatu terjadi padanya, saya benar-benar sedih. Sesosok wanita seperti itu seharusnya dijaga, tidak disia-siakan. Setidaknya kalau memang dia harus terluka karena cinta, saya benar-benar bersedia menerimanya apa adanya(InsyaAllah).
Begitulah, begitu menyentuh memang novel ini. Setelah kejadian kurang menyenangkan yang menimpa tokoh utama yang pacaran secara backstreet ini, begitu banyak kata-kata bijak dan kearifan-kearifan pribadi dalam tokoh-tokoh di buku yang tumpah ruah. Pelajaran tentang mencari makna cinta dan mengejar cita-cita. Begitu banyak, subhanallah. Saya benar-benar merasa beruntung telah membeli buku ini. Lebih akan merasa beruntung lagi bila saya tahu bahwa tokoh seperti Rena Elhasanah bukanlah sebuah sosok fiktif. Ia benar-benar sebuah sosok yang menginspirasi.
Terima kasih, Bpk Yoyon Indra Joni.
Share:

0 komentar:

Post a Comment