Dia adalah seorang teman ku. Ketika SMA, kami duduk berdekatan, dia di posisi paling pojok kanan kelas, aku tepat duduk di meja di depannya.
Terkadang, saat kami diminta berkelompok mengerjakan tugas, dia akan dengan sedikit ogah-ogahan rela pindah ke mejaku. Terutama saat kelas Fisika, hampir selalu, aku Randi, Ganwsib, dan Jamaat mendekat dan membahas soal-soal yang diberikan oleh guru Fisika kami yang cemerlang otaknya dan brilian cara mengajarnya(Ditambah lagi nama beliau mirip dengan nama suatu merek Bis yang murah dalam kota, tebak saja sendiri).
Biasanya percakapan akan semakin asik saat kami sedang bertiga, Randi, Jamaat, dan aku. Kami membahas mengenai Fisika secara mendalam. Kami bertanya mengapa itu terjadi,
"Oh tidak mungkin begitu, pasti begini, Ki(memanggilku)." seru Jamaat.
"Lho tapi lho yo ga ngono Jaa, masalahe lho ngene(menjelaskan lagi panjang lebar)" Randi ikut beradu mulut.
Sungguh masa-masa yang menyenangkan, :)
Kami berbicara soal metafisika, berbicara tentang mengapa beberapa hukum fisika itu ada.
Jamaat memang anak yang sangat antusias. Jika ia sedang penasaran ia akan mengejar jawabannya, entah sampai mana dia mengejar. Cukup jauh sampai dia merasa puas.
Ia juga tidak suka difoto. Suatu ketika, kami sedang mengikuti lomba. Dalam lomba ini kami lolos dari babak penyisihan, entah selanjutnya babak apa, sepertinya ke babak quarter-final. Masih ada sekitar 30 tim disana. Satu tim beranggotakan 2 orang dan saat itu aku berhasil membujuk Jamaat untuk mencoba mengikuti lomba. Saat itu aku membujuknya dengan iming-iming sertifikat, bila kita punya sertifikat, kemungkinan kita untuk diterima di undangan bisa lebih besar. Namun aku tidak tahu juga alasan sebenarnya dia mengikuti lomba apa, dia adalah seorang anak yang jarang mau memberitahukan alasannya melakukan sesuatu. Tapi aku yakin bahwa dia seorang yang pasti memiliki alasan untuk melakukan suatu hal. Off topic, balik lagi. Ketika kami lolos kami mendapatkan atribut-atribut tambahan, yaitu kaos, nametag baru, dan beberapa hal lain. Yang unik adalah kami diharuskan untuk berfoto dengan menggunakan name tag yang baru tersebut. Jamaat panik.
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Ganswib pernah bercerita padaku kenapa Jamaat sampai benci difoto dan entahlah aku bisa komentar apa terhadap alasannya, tapi yang terbaik mungkin memang hanya menghormati keputusannya.
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Ia bertanya padaku apakah memang harus difoto? Ya, kataku. Memang sudah hak panitia untuk menentukan peserta ingin diapakan pula, pikirku. Siapa tahu mereka memang butuh untuk melakukan hal itu. Jamaat pun semakin panik. Ia berkata bahwa aku jahat, "gak konco kon Ki.", dan hal-hal lainnya. Akan tetapi tetap saja, ia tidak bisa lari. Entah kenapa ia tidak memilih untuk melobi panitianya saja, ia malah menyuruhku untuk melakukannya. Sudah jelas aku tidak mau. Yang tidak mau difoto dia, kenapa aku yang diminta untuk berbicara? Ini kenyataan yang memang harus dihadapi, tidak semua sesi berfoto bisa dilewatkan begitu saja. Face the reality that sometimes we have to take a picture of ourselves.
Jadilah Jamaat bersedia ikut difoto. Walaupun, matey, dia difoto sambil pakai jaket dengan hood maksimum, kepala menunduk kebawah. Ya, not bad. Seenggaknya Jamaat mencoba. Well done ~
Berikut sekilas cerita ku mengenai salah seorang teman ku yang unik, Jamaat. Happy wondering!
Interesting choices of names, you got there. :-P
ReplyDeleteWell, kalo kamu ada saran nama yang lebih bagus buat Ganswib dan ga obvious, it'll be super cool, Dil :o
DeleteI can't imagine finally I came up with Ganswib in my head -..-"
Well, kalo kamu ada saran nama yang lebih bagus buat Ganswib dan ga obvious, it'll be super cool, Dil :o
ReplyDeleteI can't imagine finally I came up with Ganswib in my head -..-"