Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Tuesday 24 July 2018

Profil Pribadi Ideal

"Seharusnya sebagai mahasiswa itu kamu mengabdi ke masyarakat."

"Seharusnya sebagai seorang anak itu kamu patuh pada orangtua!"

"Seharusnya sebagai seseorang yang terdidik kamu itu nggak buang sampah sembarangan, masak masalah gitu aja kamu gak tahu sih."

"Seharusnya kamu sebagai perempuan itu gini, sebagai laki-laki itu gitu."

dan bunyi-bunyi sejenisnya yang lain.

Sering gak denger yang seperti itu?

Gimana? Enak gak rasanya di telinga, dan di hati?

Kalau aku, kadang bukannya malah termotivasi untuk melakukan yang diharapkan agar kulakukan di ucapan tersebut, tapi bisa jadi malah muncul perasaan gak terima, atau bahkan jadi pengen ngelakuin yang sebaliknya karena ingin berontak. Pikiran-pikiran seperti,

Well, kenapa aku harus ngikutin apa yang menurut orang lain mereka haruskan? Emangnya sama antara yang mereka haruskan dengan yang kuharuskan? Emang mereka siapa?

Atau.. Kadang di lain waktu aku akan merasa menjadi seorang pribadi yang buruk. Karena tidak bisa mengikuti ekspektasi yang telah diberikan pada aku, baik secara pribadi, peran, maupun posisi. Sehingga berujung pada rasa ketidakpantasan terhadap apa yang sedang kuemban.

Aku bersyukur sekali di penghujung akhir masa kuliah ini aku mendapatkan sebuah insight 'pemahaman' terkait hal ini, salah satunya dari Prince Ea (youtuber) yang membuat video dengan judul Why I Stopped Musturbating. Mungkin judulnya agak aneh ya, mungkin memang ingin dibuat seperti clickbait. Tetapi, untuk kontennya sendiri menurutku cukup bagus. Membahas tentang banyaknya orang yang terjebak penggunaan kata must 'seharusnya' yang bukannya memberikan efek bagus, tetapi sebaliknya.

Menurutku, penggunaan kata seharusnya adalah cara yang kurang baik untuk mengubah realita menjadi kenyataan. Seringnya, penggunaan kata seharusnya itu memaksakan sesuatu ataupun seseorang untuk menjadi ideal, tanpa memperhatikan bagaimana sikon riil, tanpa memperhatikan sebab ketidaksanggupan sesuatu tersebut untuk mencapai ideal, dst. Kita seolah memasangkan sebuah garis finish profil keidealan pada sesuatu yang tidak mungkin menjadi ideal.

Terkadang, penggunaan kata ini juga bisa menyakitkan. Terutama, jika ini digunakan dengan memaksa, tanpa adanya logika ataupun alasan sama sekali. Seolah, seorang lelaki itu harus kuat dan tidak boleh menangis, sebagai seorang perempuan itu seharusnya di rumah. Dan pemaksaan-pemaksaan tak berdasar lainnya (jika tanpa dasar).

Saat menggunakan seharusnya, sering kita lupa untuk menyertakan alasan. Yang ada hanya kita ingin agar sesuatu atau seseorang yang kita lihat itu menjadi ideal. Tidak seperti dia sekarang. Bagaimanapun caranya.

Ini saja menurutku sudah menyakitkan. Ini adalah bentuk ketidakmenerimaan kita akan keberadaan orang tersebut. Memaksakan dia berada pada profil pribadi ideal yang kita inginkan.

Syukur, kini aku mulai belajar untuk tidak menggunakan kata ini pada konteks dan situasi yang tidak tepat.

Kini, aku belajar bahwa ternyata ada kata-kata yang lebih baik. Apakah itu?

Sebaiknya.

Dalam menggunakan sebaiknya, yang kita dorong pada orang lain bukanlah sesuatu yang imajiner yang sifatnya ideal dan hanya ada di kepala kita. Penggunaan kata sebaiknya sering diikuti dengan alasan mengapa sesuatu itu baik, atau tidak baik sehingga harus ditinggalkan.

Sebagai contoh,

"Sebaiknya sebagai mahasiswa itu kamu mengabdi ke masyarakat. Karena, nanti juga kamu akan menjadi masyarakat dan akan sangat merasakan bagaimana butuhnya kamu akan pemikiran-pemikiran fresh dan jiwa-jiwa yang bersemangat."

"Sebaiknya sebagai seorang anak itu kamu patuh pada orangtua yaa, karena nanti ayah dan ibu akan senang dan bangga pada kamu."

Siapa yang tidak senang jika diberikan pernyataan-pernyataan seperti itu?

Daripada jika dibandingkan dengan menggunakan seharusnya yang bersifat menuntut tapi tak beralasan di contoh bagian awal tulisan ini.

Maka dari itu, bagi semua pribadi-pribadi yang memiliki pandangan akan sesuatu yang dianggap ideal, aku mengajak agar teman-teman sebaiknya coba belajar untuk melakukan transisi penggunaan kata (secara langsung maupun tidak langsung) dari seharusnya menjadi sebaiknya.

Karena seharusnya itu menuntut seseorang atau sesuatu untuk menjadi ideal menurut standar yang bahkan terkadang tidak kita sampaikan. Seharusnya juga seperti merupakan sebuah penolakan sehingga terkadang bisa membuat orang merasa sakit hati jika tidak bisa mencapainya. Seharusnya juga terkadang membuat kita berhenti untuk memberikannya dukungan karena kita sudah terlanjur membuat sebuah benteng antara kita dengan apa yang kita anggap ideal, dengan dia yang sudah kita anggap tidak ideal.

Mari kita belajar untuk menggunakan kata sebaiknya, baik dalam kata maupun dalam sikap. Karena manusia adalah makhluk logis yang mengharapkan penerimaan positif, timbal balik, dan alasan rasional untuk mendasari tiap tingkah lakunya.

Begitulah, maka saya sarankan teman-teman sebaiknya menggunakan kata sebaiknya karena alasan-alasan yang telah saya sebutkan di atas.

Terimakasih :)

-- pelajaran mahasiswa tingkat akhir bab Revisi Idealisme
Share:

0 komentar:

Post a Comment