Kembali dari mukhoyyam kemarin, ada banyak hikmah yang kudapat. Pemateri utama, Ustadz Fadhil Al-Makky dengan baik menyampaikan pesan dan inti dari kitab At-Tibyan agar kami bisa memahami apa esensi dari belajar, menghafal, dan mendekati Al-Quran. Kami diberi pesan untuk tilawahlah dimanapun kami berada, jangan malu. Kami juga belajar tentang mudzakkarah (saling mengingatkan) dalam kebaikan sebelum melakukan aktivitas-aktivitas harian seperti tidur, makan, dan safar.
Satu hal lagi yang menarik dari mukhoyyam dengan Ustadz Fadhil sebagai pematerinya adalah bagaimana beliau itu sosok yang sangat supel, enak diajak ngobrol, dan bisa nyambung. Bayangin ada ustadz mau jadi pemateri dari awal acara sampai akhir coba, dimana bisa nemu yang kaya gitu? Beliau membimbing kami dari setiap tahapan acara yang kami lakukan. Seolah jadi nggak ada jarak antara beliau sebagai pemateri, dan kami sebagai pembelajar. Beliau dekat dengan kami. Termasuk, saat kami pulang dari mukhoyyam.
Ceritanya, waktu pulang dari angkot, beliau berada di satu angkot dengan kami(which is very rare, pemateri mau pulang bareng, satu angkot sama peserta. Kayanya belum pernah ada coy, ustadz lho). Di sana obrolan pun mengalir panjang. Mulai dari kisah sirah tentang peperangan di masa Umar, Muawiyah, perpecahan yang terjadi. Lalu topik berganti menjadi topik yang amat beliau kuasai, perihal jin dan ruqyah. Beliau bercerita tentang sihir yang kuat ada di Palembang, lalu di sebuah daerah di Aceh, tentang (maaf) kemaluan pria yang hilang/disfungsi karena disihir. Penyebabnya adalah dia berani-beraninya mempermainkan hati perempuan asli sana. Sampai sini, beliau berpesan,
"Makanya, jangan berani-berani kalian mainin hati perempuan. Perempuan itu akalnya pendek (kalau sudah dikuasai oleh rasa yang kuat untuk memiliki). Dukun bisa bertindak."
"Siap, ustadz."
Hingga ada yang nyeletuk,
"Ustadz, gimana kalau hati kita yang dimainin sama perempuan?"
(glek)
"Wah, kalau seperti itu, langsung saja. Lamar orangnya."
Terjadi kericuhan sesaat, lalu obrolan mengalir lagi seperti biasa.
Sebetulnya, begitu mendengar pertanyaan itu, aku terhenyak sesaat. Itu.. adalah pertanyaan yang sangat menarik. Selama ini seringkali diposisikan seolah-olah lelaki adalah pihak yang suka bermain-main dan membuat perempuan menderita. Tapi jarang sekali ada kisah tentang bagaimana lelaki menderita karena cinta. Kaya yang udah pernah kubahas di sini. But, believe me, it happens. Cowok yang mengalami tingkat kebaperan level tinggi padahal sudah biasa menjaga diri itu sangat bisa(baca yaa, bisa bukan biasa) terjadi.
Jadi harus bagaimana?
Melamar orang yang menyebabkan itu? Not that easy, tho. Ada nafkah yang harus dipikirkan. Mungkin makan diri sendiri saja belum bisa dipenuhi, bagaimana dengan menambah satu perut untuk diurus? Bagaimana kalau sudah jadi tiga perut? Si momongan kecil? Kalau misal mau tinggal di luar negeri, bagaimana dengan pekerjaan yang dijalani? Apa cukup? Bagaimana mengurus biaya asuransi kesehatan di LN? Kan di sana nanti biaya kesehatan kalau ga ada asuransi bisa keos. Pertanyaan-pertanyaan yang sampai pada satu titik simpulan,
Banyak orang itu mengganggap menikah itu menyelesaikan masalah. Padahal, masalah yang datang itu lebih besar dan lebih kompleks dari apa yang sudah mereka hadapi selama ini.
Well, us boys do suffer. Kebutuhan biologis yang meningkat drastis, perasaan yang tak keruan, tetapi tidak diimbangi dengan kesiapan untuk membangun sebuah rumah tangga.
Cuman, aku akan mencoba menerapkan prinsip yang kudapat dari mukhoyyam kemarin juga. Begini prinsipnya,
"Penghafal Quran yang bingung, galau, masalah keduniannya, adalah sedungu-dungunya orang. Bagaimana mungkin seseorang yang sering bermunajat pada Allah lewat tilawahnya, Allah tidak penuhi keinginannya."
Allah.. Laa haula walaa quwwata illaa billah..
bacaan tambahan, bagaimana cowok bisa sangat terpengaruh oleh perasaan dari relationship : https://www.elitedaily.com/dating/broken-men-heartbreak-love/1332715
0 komentar:
Post a Comment