Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Monday 22 August 2016

Cinta 3 Benua : Wanita yang Hebat

Sebuah kutipan dari buku Cinta 3 Benua, tentang konsep diri seorang wanita biasa yang hebat. Aku somehow ngerasa ini keren banget dan dibaca berulang-ulang juga ngga bosen :)

From : Layla
Subject : Wanita yang Hebat

       Apa kabar, Faiz? Aku berharap kamu dalam keadaan baik ketika surat ini sampai. Inilah tulisan seorang wanita biasa tentang hasratnya menjadi sosok yang lebih berarti.
       Dan "menjadi lebih berarti" itu adalah "menjadi sesuatu". Setidaknya itulah pikiran para wanita. Kedengarannya sangat hebat kan? Padahal ini sangat sederhana, hanya titik tolaknya memang hebat, yaitu realita bahwa setiap wanita dibekali insting keibuan yang kuat.
       Tentu kamu paham seluruh sifat yang disandang seorang ibu karena kamu sangat dekat dengan ibumu. Yang aku maksudkan adalah ketulusan pada tingkat yang paling tinggi.
       Ketulusan seorang ibu itu menuntunnya untuk punya harapan agar anak-anak yang dicintainya mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya sendiri dan memperoleh pasangan hidup yang lebih hebat dari pasangan hidupnya sendiri.
       Tak ada ketulusan yang menandingi ketulusan seperti itu. Dan itulah cara menjadi lebih berarti. Cara "menjadi sesuatu".
       Begitulah dalam diri setiap wanita terpelihara sikap mulia. Begitulah menjadi lebih berarti. Begitulah "menjadi sesuatu".
       Jadi, sebenarnya kebutuhan seorang wanita amat sederhana, yaitu bagaimana membuatnya yakin bahwa dirinya telah "menjadi sesuatu". Ini mungkin hanya pengakuan atas sebuah eksistensi. Itulah mengapa "dicuekin" menjadi hukuman paling menyakitkan bagi wanita.
       Seorang pria yang bijaksana, apakah itu seorang ayah atau suami, sangat mengerti bahwa yang harus dia lakukan untuk menyenangkan hati seorang wanita adalah menghargai kehadirannya. Membuatnya merasa menjadi lebih berarti. Membuatnya merasa telah "menjadi sesuatu".
       Aku setuju dengan hampir semua yang kamu tulis di surat yang datangnya terlambat itu, namun yang paling mengesankan adalah kisahmu tentang Bunda Khadijah ra, istri Rasulullah saw.
       Setiap kali nama Khadijah disebutkan, yang pertama kali aku kenang adalah kisahnya ketika Nabi saw pulang dari Gua Hira saat wahyu pertama datang.
       Aku percaya, Khadijah bagaimanapun adalah seorang wanita yang punya perasaan yang halus, sisi hati yang rapuh, dan kekuatiran atas kekasihnya jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
       Entah seperti apa kecamuk yang dirasakannya saat sang suami datang dengan wajah pucat, penuh kecemasan, bahkan sampai merasa jangan-jangan dirinya sakit dan apa yang barusan dialaminya tidak nyata. Peristiwa kedatangan Jibril bukan peristiwa biasa. Bukan pula hal yang sudah dibayangkan sebelumnya.
       Di tengah kecemasan dan kegundahan hati yang luar biasa itu, Nabi saw bercerita kepada sang istri. Sekali lagi, yang bagaimanapun adalah seorang wanita dengan segala kerapuhannya. Kecuali bahwa Khadijah ra cepat menyadari, ini adalah saat menyembunyikan kerapuhan, ini adalah saat tampil meyakinkan dan tenang. Inilah saat menjadi lebih berarti. Saat "menjadi sesuatu".
       Maka Khadijah ra tak mau ikut memperlihatkan kecemasan, kegalauan, dan kesusahan. Dia tak ingin menampakkan kesusahan serupa yang bisa memperparah kegundahan. Dengan sangat damai dia justru meyakinkan sang suami, "Tidak, Demi Allah, Tuhanmu tidak mungkin menimpakan keburukan kepadamu. Engkau adalah pribadi yang mulia, mengajak orang-orang untuk berkata-kata baik, memuliakan tamu, menghormati tetangga, ..." Dan seterusnya, Khadijah ra sebutkan segala hal yang secara sangat ampuh membuat sang suami merasa damai.
       Kisah ini sangat inspiratif bagi aku, Faiz. Dan akan aku jadikan acuan jika nanti berumah tangga. Aku harus meyakinkan suami aku nanti bahwa sepelik apa pun hari yang dilewatkannya, saat pulang ke rumah dia akan bertemu keteduhan yang menyejukkan.
       Cukup menjadi seorang istri yang seperti ini membuat aku lebih berarti. Membuat aku telah "menjadi sesuatu". Sebab begitulah menjadi wanita yang hebat di mata wanita biasa seperti aku.
       Semoga kamu akan mendapatkan istri seperti itu, walaupun tampaknya dia hanya wanita biasa seperti penulis surat ini...

                                                                                                                         Layla


Pernah denger surat hijau? Itu yang kalo misal sertifikat tanah kita itu gak asli
(biasanya sertifikat nya masih punya pemerintah) itu kita punya nya surat ijo. Ups oot.
Share:

0 komentar:

Post a Comment