Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Tuesday, 25 December 2018

Ingin


Ada orang yang mengurangi makan, ingin ditanya, “Sudah makan belum?”

Ada orang yang menyeberang jalan gak lihat kanan kiri karena ingin ditabrak

Ada orang yang sudah lelah dengan semua dan ingin berhenti.

Berhenti sejenak untuk memperhatikan orang lain, dan ingin agar diperhatikan.

Kadang hidup bisa begitu melelahkan.
Share:

Saturday, 15 December 2018

Konsep Keluarga - part 2 : Hangat dan Menghangatkan

       Aku pertama memikirkan tentang konsep hubungan antar manusia secara cukup mendalam, kemudian memaparkannya, saat aku berada di kelas bimbel bahasa Inggris YPIA. Ini terjadi saat aku sedang berada di masa SMA, mungkin sekitar kelas 2. Di bimbelku ini, kami belajar bahasa Inggris Reguler. Di akhir trimester, kami akan mengikuti ujian untuk mengetahui siapa yang lanjut kelas dan siapa yang tinggal. Di dalam tesnya sendiri ada 4 aspek yang dinilai, pertama ujian biasa mulai dari grammar, writing, dan reading. Lalu, kami juga harus menyampaikan gagasan kami tentang sesuatu di pertemuan selanjutnya, atau seperti tes presentasi berbahasa Inggris. Aku ingat pada suatu waktu aku pernah memilih presentasi tentang konsep hubungan antarmanusia.
       Saat itu, kuingat sedang cukup trend family’ di Surabaya sedang cukup ramai. Semacam ikatan geng yang bisa antar-SMA. Di sana entah apa yang mereka lakukan, yang jelas ada juga pertengkaran antar family dan itu diurus berbarengan sebagai urusan family. Nah, saat itu aku mengangkat isu tentang hubungan antarmanusia ini. Di lain waktu, aku pernah mengangkat tentang perilaku produktif vs konsumtif, tentang pros and cons of game online, tentang kesepian vs kesendirian (loneliness vs aloneness), terus apa lagi ya lupa.

       Nah, balik ke tentang hubungan antar manusia. Seingetku ini murni renungan, ditambah sama cari di internet sedikit-sedikit perihal setiap kelas hubungan yang sudah kubuat. Kelas itu (seingetku yaa) adalah :
  1. Parent-child / orangtua-anak
  2. Family / keluarga
  3. Best friends / sahabat dekat
  4. Friends / teman
  5. Acquintances / kenalan jauh
  6. Colleagues / kolega atau rekan kerja
       Dari atas ke bawah, urutannya kudasarkan pada kedekatan. Tentang parent-child, aku pelajari ini dari seorang penceramah shalat Tarawih yang alhamdulillah kucatat ceramahnya di Tarawih terakhir Ramadhan. Beliau bilang bahwa hubungan orangtua-anak adalah hubungan paling murni, paling ikhlas, paling tanpa pamrih. Apa sih yang diharapkan oleh seorang orangtua terhadap anaknya? Dikirimin sama anaknya ketika sudah tua untuk menggantikan semua uang dan pemberian kepada anaknya saat anaknya masih belum bisa mandiri? Nggak. Pingin anaknya sukses? Kenapa harus sukses? Alasannya karena,

Pengen anaknya lebih baik dari kondisi orangtua. Seorang ibu cuman pengen ketika arisan bisa cerita ke teman-temannya dengan syukur dan bangga akan anaknya. 

Jeng-jeng, anakku sekarang sudah masuk kuliah di PTN favorit lhoo. Terus anak yang ini juga udah kerja, yang ini lagi akan berangkat haji. Alhamdulillah yaa…”
 -- (baca jeng-jeng nya pake e di kata ‘pake’ ya, bukan jeng-jeng yang kaya di suara ngejreng)

       Kata pak penceramah mah, orangtua itu ga berharap banyak, cuman pengen bisa bangga akan anaknya. Ga ada harapan lain. Yah, warbyasah.

       Terus, masuk ke definisi keluarga. Aku melihat dari kondisi family yang ada di sekitarku, kalau dugaanku orang tampaknya mendefinisikan sebuah keluarga sebagai tempat mendapatkan kehangatan. Sangat bisa jadi seorang remaja yang mengikuti family di luar family di rumahnya — keluarga yang sebenarnya — adalah karena dia mendapatkan apa yang tidak didapatkan di rumah, kehangatan. Rasa disayangi, dan rasa diperbolehkan menyayangi. Kenyamanan yang muncul karena tidak divonis karena kesalahan yang diperbuat. Sebuah penantian dan kerinduan terhadap kehadiran kita saat sedang tidak berada bersama mereka. Perhatian yang diberikan ketika sedang bercerita, dan ditimpali dengan cerita yang sama-sama rahasianya. Sebuah rasa aman, ketika menceritakan rahasia pastilah akan terjaga selamanya. Ketika sedang begitu terfokusnya akan kesedihan, ada untaian candaan untuk membantu meringankan. Serta juga rasa bahwa tidak akan dikeluarkan dari lingkaran karena satu atau dua hal lainnya. 

       Begitu hangat. Tanpa syarat. Saling mengharap. Saling menanti. Saling menguatkan. Saling memberi dan membutuhkan. Berbagi tanpa meminta lebih. 

       Ah, entah kenapa malah aku yang sekarang merasa bahwa aku sedang kurang hangat dan kurang bisa memberikan kehangatan. Allah, berikan kami petunjuk-Mu.
Share:

Monday, 10 December 2018

Di Tengah Semua Kejadian

Badan remuk.

Sering banget aku denger kata-kata ini dari salah satu orang dekatku. Mungkin sedikit banyak itu juga yang kurasain saat ini.

Gimana nggak, beberapa hari terakhir ini tidur di atas jam 11, kadang jam 2, jam 00.30. Dan sebagian lagi tidur dengan posisi tangan ndelosor 'terjulur' ke depan di samping komputer, kepala menempel di meja, ngiler, badan tegap dan kaki di bawah digigitin nyamuk. Nungguin simulasi kelar. Atau scan flashdisk. Dibangunkan oleh suara alarm HP lama yang lagi beberapa hari ini kubawa-bawa dan kalo udah nyala itu kaya meraung-raung. Udah kaya kucing.

Terus pagi, siang, dan sorenya, masih harus lari ke sana, ke sini. Dihadapkan pada keputusan demi keputusan yang seolah semua mengatakan, kesalahan mengambil keputusan bisa jadi berarti ketidaklulusan, Haw!

Kadang lupa sama bau badan #ups.

Yah, tapi beberapa hal yang menarik terjadi. Kadang ngerasa 'lagi gila'. Terus tiba-tiba temen yang sudah lama tak muncul muncul lagi saat sudah jelang sidang. Dengan mendadak dan tanpa kabar muncul begitu saja di depan Lab saat Lab sedang terkunci dan aku sedang di luar. Untung aku waktu itu tergerak buat ke Lab. Terus temen yang satunya juga kelihatannya lagi tepar ini. Tanpa kabar. Ya semoga diberi kekuatan, kalau lagi sakit semoga disembuhkan.

Sambil waktu berjalan, datang juga pikiran-pikiran yang tak diinginkan. Pikiran yang dulu mungkin akan kubiarkan berkeliaran dalam pikiran. Tapi kini, setelah beberapa pelajaran yang kudapat tentang kontrol diri, sebaiknya itu tidak kubiarkan. Dia mesti disimpan dan baru akan dibahas untuk hari-hari  kemudian. Bukan sekarang.

Syukur sekali, aku pernah bertemu dengan teman-teman di Salman. Ada yang mengajarkan untuk menambah shalat di saat sedang banyaknya keinginan, permintaan, bingung keputusan. Tiap hari ya, Haw. Alhamdulillah.

Ya, semoga yang sedang dilanda kesulitan dimudahkan. Yang sedang belajar persiapan ujian diberikan kepahaman dan ingatan yang kuat. Yang sedang punya perasaan yang nggak bisa dikendalikan semoga bisa diredakan. Yang sedang merasa lemah iman semoga diberikan petunjuk dan hidayah yang Dia berikan. Aamiin.

PS : Doakan semoga sidangku lancar dalam waktu dekat. Dan semoga bisa menentukan jalan ke depan dan berani melangkah ke depan dengan mantap. Semoga jalan yang kuambil adalah jalan kebaikan yang juga membaikkan. Aaamiin.
Share: