Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Wednesday 16 May 2018

Sekolah Melupakan #4 : Mendebat Rindu

       Kadang rindu, yang lahir dari rahim cinta, muncul dengan sangat kuat. Ia membuatku terkadang merasa menjadi manusia yang sangat lemah dibandingkan Sang Pemberi Rasa. Rindu datang dengan membawa sekumpulan tuntutan dan menawarkan jaminan bahwa jika dipenuhi, seolah aku akan bahagia. Seolah memang benar ini cinta bukan sekadar dinda. Seolah ia bisa membuatku melupakan amanah, melupakan semua pikiran lain dan hanya terfokus pada rasa yang sedang membuncah.

       Padahal, semestinya tidak perlu begitu. Aku perlu terus dan terus belajar bahwa tidak ada cinta sejati kepada sesama manusia selain cinta selepas ijab kabul diucapkan. Aku belajar ini dari satu tokoh yang menjadi banyak inspirasi buatku mulai dari perihal kesholehan ibadah, akhlak, sampai perihal cinta. Dia adalah Fahri Abdullah dari novel Ayat-ayat Cinta. Dalam AAC 1, Fahri sempat mendapatkan surat cinta dari Nurul sesaat setelah dia sudah menikah dengan Aisha. Nurul ini temannya sesama dari Indonesia dan sama-sama termasuk kuat dalam belajar agama juga(dan seingetku sempat bikin Fahri galau juga).

Isi surat Nurul, 

“Kak Fahri,
Sungguh aku maaf sampai hati menulis surat ini. Namun jika tidak maka aku akan semakin menyesal dan menyesal. Bagi seorang perempuan, jika ia telah mencintai seorang pria, maka pria itu adalah segalanya. Susah melupakan cinta pertama apalagi yang telah menyumsum dalam tulangnya. Dan cintaku kepadamu seperti itu adanya, telah mendarah daging dan menyumsum dalam diriku. Jika masih ada kesempatan, mohon bukakanlah untukku untuk sedikit menghirup manisnya hidup bersamamu. Aku tak ingin melanggar syariat. Aku ingin yang seiring dengan syariat.”Surat ini beliau balas sama pendeknya dengan mutiara kata-kata yang masih terus aku coba pahami dan pelajari,

“Nurul,
Cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Yaitu cinta kita pada pasangan hidup kita yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan.

Nurul,
Dunia tidak selebar daun anggur. Masih ada jutaan orang saleh di dunia ini yang belum menikah. Pilihlah salah satu, menikahlah dengan dia dan kau akan mendapatkan cinta yang lebih indah dari yang pernah kau rasakan.”
 
       Sebagian orang bilang bahwa menikah itu butuh cinta. Sebagian lagi bilang bahwa cinta bisa ditumbuhkan setelah menikah saja. Yang mana yang benar? Ku tak tahu. Aku sedang tidak mengajak diskusi tentang cinta setelah menikah, tetapi sebelumnya.

       Yang jelas adalah bahwa cinta sebelum menikah itu bukan benar-benar cinta. Bahwa rindu sebelum menikah itu adalah godaan syaithan. Bahkan setelah menikah sekalipun, rindu dan cinta pada yang bukan pada orang yang seharusnya juga merupakan godaan syaithan. Godaan yang sangat kuat.

       Bismillah. Mari berdoa semoga kita yang mungkin sedang dilanda rindu mendapatkan kesabaran yang sedang sangat kita butuhkan. Semoga cinta dan rindu kita kepada-Nya sudah sempurna sebelum kita bertemu dengan manusia yang kita cinta. Cukup sempurna untuk tidak membuat kita lupa diri bahwa cinta yang kita miliki untuk sesama juga datang dari-Nya. Cukup sempurna untuk membuat kita kita mesti terus mensyukuri rasa yang dititipkan kepada kita dengan lebih dan terus berusaha mendekat pada-Nya.

Aamiin.
Share:

0 komentar:

Post a Comment