Kenapa aku menangis?
Entah udah berapa kali aku bikin postingan yang ada kaitannya sama menangis. Kalau
pemicunya, macem-macem. Meski sebenarnya, satu penyebab yang paling kuat. Saat mikir
tentang mati. Saat mikir bahwa ini semua akan berakhir.
Kenapa ya?
Kayaknya somehow hati ini masih merasakan kesedihan jika musti berpisah dengan segala wujud pengalaman yang dia punya selama ini.
Kenapa aku menangis?
Terakhir kali aku menangis, aku menangis di sebuah jalanan sepi. Aku menangis sesenggukan, tanpa perlu takut akan ada orang yang melihatku menangis. Tidak. Di tempat itu tidak akan ada orang yang mungkin mengenaliku. Tangisan menyesali masa lalu. Menyesali masa sekarang. Menyesali pemberian Tuhan yang tidak bisa kumanfaatkan. Apa artinya?
Kenapa aku menangis?
Aku ingat bahwa ada kejadian di hari akhir nanti, dimana seorang yang paling menderita di dunia
dicelupkan ke surga.. hilanglah semua penderitaannya. Sebaliknya, ada orang yang paling
bahagia dan senang pula di dunia, dicelupkan satu kali saja, satu kali, ke dalam neraka. Dan ia
menjelma menjadi seseorang yang paling menderita. Hilang, lenyap semua kesenangannya.
Aku khawatir bahwa semua kesenangan, semua rasa lega yang kurasakan semasa di dunia
saat bermaksiat. Semua hilang diganti kesakitan mendalam.
Kenapa aku menangis?
Sakit. Sakit saat aku terdorong jatuh oleh setan, lalu terror of memories itu menghantam saat aku balik lagi ke ground zero. Ke dalam imaji akan sebuah lingkaran pagar kecil dimana di dalamnya terdapat seorang anak kecil yang duduk sambil melingkarkan tangannya ke kakinya. Menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu karena tak melihat ada siapa-siapa, memilih menundukkan kepalanya ke bawah. Sesenggukan.
Dan aku yang dewasa melihatnya dari luar pagar. Berharap bisa menepuk punggungnya, menenangkannya. Tapi.. itu tidak mungkin. Karena aku lah yang telah membuatnya kecewa. Yang membuatnya merasa sendiri. Merasa tidak dipedulikan oleh orang. Aku yang mengecewakannya.
Apa aku pantas untuk menenangkannya?
Kenapa aku menangis?
Karena aku lemah. Aku bukan orang yang bisa berdiri tegar saat aku dilempar jatuh ke dalam jurang yang dalamnya aku pun tak tahu. Aku juga bukan orang yang biasa bercerita kepada orang lain karena masalah yang kumliki. Biasanya, banyak hal kupendam. Kuproses sendiri terlebih dahulu. Tapi, mungkin processor-ku yang cepat panas yak. Kipas angin(notes: analogikan dengan laptop) ku yang sudah tidak lagi bisa jalan dengan baik. Ya gimana lagi. Di saat semua hal di atas terjadi. Di saat aku bingung. Merasa tak mampu lagi untuk tetap berjalan dan mempertahankan idealisme.
Aku terduduk. Tergugu. Menangis.
0 komentar:
Post a Comment