Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Sunday, 25 September 2016

Mengumpat

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 
"Sh*p" (gak deng, pake t mestinya bukan pake p)
"Jaa.. mbaan!!"
"Jaan *tiit*" Sensor
"F***k!" (Freak!)
"As .. emmmm!" (bukan yg manggil nama hewan ya)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

       Dan berbagai macam contoh umpatan lainnya. Di atas barusan, saya mencoba mengenalkan pada Anda tentang frasa-frasa yang pernah, dan beberapa masih, menemani saya(kecuali yang ke-3) dalam menjalani kehidupan. Tentunya, adalah hal yang normal bagi seseorang(setidaknya manusia zaman sekarang menganggapnya begitu) untuk mengumpat di kala dirinya mengalami kesulitan, masalah, dsb. Tapi saya ingin bercerita pada Anda tentang perjalanan yang sudah saya alami tentang mengumpat tersebut. Ternyata, itu tidaklah terlalu normal. Orang-orang pengumpatlah yang tidak normal.

Begini,

       Latar belakang saya adalah keluarga agamis. Saya dulu nyantri ketika SD, di daerah jawa timur, dan disana saya bertemu dengan kondisi yang kurang lebih bisa dikategorikan sebagai baik. Lalu, ketika SMP, saya masuk ke sekolah negeri dan di SMA pun begitu. Ya, seperti apa yang terjadi pada remaja dan anak muda umumnya, saya suka melihat apa yang teman-teman dan lingkungan saya lakukan dan coba menirunya, walaupun itu berbeda dengan apa yang saya pelajari dulunya ketika mondok. Ya, termasuk juga mengumpat. Anda pernah datang ke sebuah rental game online, spesifiknya di kota Surabaya?  Surabaya yang merupakan kota paling inovatif dan menjadi kiblat kota-kota lain di Jawa dalam menemukan dan menggunakan kata-kata umpatan. Kira-kira kondisinya ya begitulah. Mulai dari anak malu-malu, yang kalau mengumpat masih jaga lisan, dipelesetin seperti di atas, sampe yang menurut saya malu-maluin banget tapi ga punya malu: Ngumpatnya udah kenceng banget, pilihan kata udah yang paling kasar, atau malah yang paling jorok seperti menyebut nama-nama lain dari sesuatu yang berhubungan dengan kemaluan, trus dibarengin sambil nggebrak keyboard atau mouse pula. Lengkap banget. Itulah Surabaya.

       Selain dari teman-teman di rental game online, aku juga belajar banyak tentang frasa-frasa mengumpat dari teman-teman sekelas, apalagi frasa-frasa bahasa Inggris, itu kupelajari dari mereka. I was in an RSBI class all throughout my Junior High School, so I learned a lot about English from that time on. Disana aku belajar mulai dari bahasa inggrisnya anjing betina, feses, dan beberapa bahasa sensor lainnya yang biasa muncul di film-film. Aku juga heran, dulu kadang aku suka merasa bangga bisa mengumpat orang lain dengan perkataan seperti itu. Membuat mereka seolah-olah buruk, lebih jelek, dan lebih cacat daripada saya. Seolah-olah akulah yang lebih baik. As if.

       Kembali ke dunia per-warnet-an. Di warnet, aku termasuk dalam klasifikasi manusia-manusia yang berhati-hati dalam mengumpat. Ya iyalah, secara gue di warnet udah dewa gitu. Kalo kalah dikit udah ngumpat, misuh, beh bocah banget. Ga boleh lah, dewa itu ga banyak bacot. Udah bante aja lawan lo. Paling jauh saya misuh(mengumpat) itu paling mentok(maksimal) batesannya ada di frasa umpatan made in Surabaya asli, si jan *tiit* eta. Saya ga pernah mau ngumpat pake itu. Meski banyak yang berargumen bahwa sudah terjadi pergeseran makna dan makna kata itu sekarang udah nggak sekeras dan seburuk yang sebenarnya. Kata gue sih, cocot(latos). Pembelaan diri ae. Kondisinya adalah, ketika mereka mengumpat, saya lihat mereka dengan teramat khusyuk melafalkan frasa itu sepenuh hati dan benar-benar terlihat mengumpat, menghardik dengan marah. Beh, sama aja bocah dong?
       Aku juga menyadari bahwa mereka-mereka yang berani mengumpat dengan frasa 'itu' biasanya sudah tidak memiliki pantangan lagi, sudah ngga mempan itu dibilangin, "Jaga lisannya Mas." Frasa 'itu' adalah titik lepasnya rasa malu seseorang ketika mengumpat. Dan selewat dari titik itu, biasanya anak-anak kecil di warnet itu sudah berani ngumpat yang jorok-jorok. Kasian.

       Aku sendiri biasa mengumpat terakhir sekitar kelas 2 SMA, ketika aku mulai belajar tentang penerimaan diri(self-acceptance), berani bertanggungjawab, dan tidak sembarangan melampiaskan emosi. Aku mulai sadar bahwa emosi yang dilampiaskan dengan cepat itu agak identik dengan sifat kekanak-kanakan. Coba, kamu bisa bayangin nggak kakek atau nenekmu mengumpat, saat sendiri, atau saat bersama anak cucunya? Ga pernah kan?
        Mengumpat adalah sebuah manifestasi nyata dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya sendiri.Cobalah untuk lebih perhatian pada orang-orang di sekitarmu. Aku berani menjamin bahwa mereka yang jarang mengumpat, itu secara umum adalah pribadi yang lebih dewasa, tidak kekanak-kanakan dibandingkan orang yang mengumpat. Because these people, they have learned about emotional control. They think before they do, or say something. They're responsible person who's aware of the impact of an act that they do. Or, should I say, they're more mature. They have more

emotional control.

       Itu yang sangat ingin aku tekankan. Ada banyak cara orang melampiaskan emosi, tahapannya juga(berdasarkan buku Rising Strong-nya Brene Brown). Menurutku, orang paling hebat adalah orang yang bisa mengolah emosinya terlebih dahulu sebelum mereka melakukan tindakan, apalagi melampiaskannya *didukung juga oleh hadits Rasul bahwa orang paling kuat adalah yang bisa menahan marah*. Baik di saat dia sendiri, ataupun saat dengan orang lain. Orang seperti ini mengerti, bahwa di dunia yang penuh manusia kekanak-kanakan yang maunya di-emong, diayomi, dipahami, merekalah yang harus jadi pribadi peng-emong, pengayom, dan pemaham(?). Merekalah orang-orang hebat zaman ini. Dan sampai kapanpun, mereka akan tetap minimal selangkah lebih maju dari orang-orang yang kekanak-kanakan, yang belum bisa mengendalikan diri sendiri, atau secara spesifiknya, yang masih mengumpat.

Begitulah.


Control your emotion, or your emotion will someday control you without you realizing

Semangat tidak mengumpat ~\o_o/~

img src: http://www.jaxsurgical.com/wp-content/uploads/2015/01/Gain-Control-of-Emotions-After-Weight-Loss-Surgery.jpg
Share:

0 komentar:

Post a Comment