Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Saturday 6 June 2015

***lanjutan

***lanjutan
       Usai menonton pertandingan yang sangat menyenangkan itu, saya berjalan santai keluar dari kantin menuju ke ruang utama Salman. Baru saja saya selesai melepas sandal, tiba-tiba ada suara dari belakang, "Kak, Kak". Saya pun menoleh,

       Seorang akhwat berkerudung berdiri dengan tertunduk sekitar 1 meter di hadapan saya. Di dalam ingatan saya, Ia berwarna coklat, secara overall. Kerudung dan pakaiannya, agak lupa sih. Tingginya agak sedikit setara dengan saya. Saya sedikit surprised, what's the matter? Kemudian, ia menyodorkan tangannya dan menunjukkan sebuah SIM dan sesuatu yang berwarna biru. Woah, ternyata duit 50 rebu 2 buah, lumayan tuh. Setelah dipikir beberapa detik, aku teringat bahwa itu adalah SIM dan duit yang jatuh dari jaketku tadi ketika aku sedang dalam perjalanan. Emang sih, tadi jaket antibara-ku kulipet di tengah secara horizontal waktu kubawa, jadinya mungkin banget buat duit yang ada di bagian saku atas untuk jatuh.

"Ini, tadi jatuh". Kata beliau sambil menyodorkan kedua barang tersebut.
       Pikiran saya melayang, ada ya, beruntung usai mengambilnya saya masih sempat membalas dengan segera dengan sedikit senyuman, Biasanya aja, diem doang, telmi.
"Terima kasih banyak".
       Pikiran saya kembali melayang, tetapi tidak saya biarkan diri saya untuk melihat ke arah kepergiannya. Nanti terlalu kepikiran ke fisiknya lagi. Saya langsung berbalik badan lagi dan lanjut masuk ke masjid. Setelah itu, saya terpikir lagi tentang pengalaman saya barusan.
       Bagaimana rasanya ya akhwat tadi ketika tahu aku menjatuhkan uang dan SIM tadi? Apa beliau ragu-ragu untuk mengembalikan uang tersebut? Dia akhwat sedangkan saya ikhwan.
       Bisa aja duitnya dia ambil, atau bisa juga dia membiarkan orang lain untuk mengambilkannya untuk saya.
       Belum lagi, apa yang akan ia lakukan semisal saya sudah terlanjur masuk ke dalam masjid? Apa dia akan menunggu di selasar teh yang terletak di antara kantin Salman dan tempat masuk ke masjid, atau akankah ia menitipkannya di tempat penitipan barang-barang kehilangan?

       Yah, sudah lah. Alhamdulillah. Terima kasih banyak :). InsyaAllah kamu akan kukenang, walau hanya lewat tulisan. Karena bagi saya, karakter yang berbuah pada perbuatan itulah yang menarik hati dan patut diapresiasi dari seorang wanita.

       Saya pun teringat juga bahwa tadi sebelum saya ke kantin untuk menonton pertandingan bulu tangkis BCA Indonesia Cup, saya juga menemukan uang 50 ribu di lantai tempat yang sangat berdekatan dengan tempat saya menerima kebaikan tadi. Alhamdulillah, sepertinya itulah juga bentuk balasan nyata dari Allah. Bayangan akan 100 ribu yang hilang dari kantong saja sudah cukup membuat panik, apalagi semisal SIM juga hilang. Wuuh, saya sampai sekarang masih belum memfotokopinya, gimana saya akan mengurus kehilangannya?

Sekian.
Share:

0 komentar:

Post a Comment