Selamat datang di blog seorang pribadi pembelajar :) Namaku Hawari, namamu siapa?

Friday, 25 September 2015

Obsesi

       Untuk kali ketiganya dalam hidup ini aku merasakan obsesi akan sesosok makhluk ciptaan Allah. Pertama, waktu SMP. Kedua, waktu SMA, dan sekarang, yang ketiga, waktu kuliah. Alhamdulillah aku sudah cukup bisa melupakan rasa mendalam dari obsesi ku yang pertama dan kedua. Rasa itu sudah dengan cukup baik ku-transform 'ubah' menjadi sebuah rasa yang biasa -- sekadar rasa suka saja --, atau menjadi sebuah rasa peduli-karena-kita-teman. Untuk yang kali ketiga ini, aku belum bisa bertindak apa-apa. Sekarang aku akan mencoba bercerita tentang obsesi ku yang ketiga ini:

       Perasaan ini sudah bukan perasaan secuil bijih jagung. Ia sudah tumbuh sekitar 2 bulan. Dengan awal mula pertemuan yang biasa-biasa saja, tetapi entah mengapa aku bisa merasa bahwa aku nyaman memilih dia sebagai 'persinggahan sementara'-ku yang ke-3. Memang begitu menenangkan hati rasanya, melihat, bahkan sekadar tahu pun, bahwa dia ada. Hanya itu saja. Memang mulanya begitu, tetapi makin lama hati ini sebenarnya semakin tersiksa. Hati ini khawatir bahwa ia akan jatuh terlalu jauh, dan lupa akan makna hidup yang sebenarnya. Dan aku serius. Obsesi ku bisa menggeser apa yang awal mulanya sudah kucanangkan dengan mudah, tanpa perlu terlalu banyak cingcong, tiba-tiba aku sudah melakukan hal-hal yang dahulu biasa kulakukan dengan obsesiku yang sebelumnya.

       Obsesiku sebenarnya bukanlah sesuatu yang muncul karena dibuat-buat. Ia adalah sebuah rasa, ingat, rasa bukan hanya sekadar penilaian apakah dia cantik atau tidak. Ia sebuah rasa yang muncul karena aku begitu tergoda untuk mencari tahu sumber dari sinar pemancar kehangatan yang kurasakan. Begitulah akhirnya aku mulai melakukan apa yang dahulu juga kulakukan di balik layar. Tentunya aku hanya setolking-setolking sedikit lha yea. Misi utamanya sebenarnya aku tu pengen tau cara pikir dia gimana sih. Dia tipe orang yang kaya apa. Itu lah, dan dalam setolking, aku lebih suka menemukan tumpukan hasil tulisan daripada menemukan sekumpulan foto milik dia ataupun tentang dia. Karena foto tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai kepribadian dari orang yang difoto. Begitulah.

       Sampai sekarang, aku masih belum tahu bagaimana aku harus menghadapi dan menangani obsesi ini. Secara mendasar, memang ini adalah sifat yang kumiliki sedari dulu. Dan yang aku tahu adalah bila aku salah menangani rasa ini maka tentu arahnya biasanya kepada sesuatu yang tidak baik. Karena walaupun aku terobsesi akan dia tetapi aku juga tidak ingin obsesi ku ini mengganggu dirinya. Mungkin aku hanya akan menghadapinya dengan berdo'a lagi, semoga hati ini cukup kuat untuk menjaga agar kepala tetap menunduk saat bertemu dengan akhwat(kadang aku berharap aku bertemu dengan dia), mata tidak terus-menerus mencari keberadaannya dimana aku mungkin menemukannya, dan hati bisa tetap terjaga bersih istiqomah tidak mengalami pergeseran niat karena ingin bertemu dengannya. Aamiin.
Share:

0 komentar:

Post a Comment