Pernah, dalam kelas Bahasa Jepang yang biasa kuikuti, diadakan diskusi terkait buku cetak vs buku elektronik. Diskusi yang menarik, mengingat setiap dari kami peserta diskusi hampir pasti memilih salah satu di antara keduanya. Kami yang sama-sama sudah lulus kuliah ini, pasti sering berinteraksi dengan salah satu dari keduanya. Dan waktu itu, untuk bisa memberikan poin argumen yang ingin kuberikan, aku membaca-baca referensi terkait argumen bahwa buku cetak masih lebih baik daripada buku elektronik.
Pada suatu titik dalam diskusi kami, salah satu temanku berargumen bahwa tujuan dari buku adalah untuk mendapatkan pemahaman, maka dari itu cukup dengan membaca buku elektronik saja sudah cukup. Pada buku elektronik kita bisa memberikan stabilo, bisa langsung menggunakan fitur search, dan bisa dengan mudah mengganti-ganti di antara sekian banyak buku untuk mencari hubungan antara satu buku/paper dengan yang lain. Nah, terhadap poin itu, aku akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa argumen itu kurang lengkap. Bahwa selain untuk mendapatkan pengetahuan, ada aspek, tujuan lain yang membuat orang jadi menyukainya, yaitu bahwa buku adalah teman.
Aku lupa membaca dari artikel mana, tapi ada salah satu argumen orang yang menyukai buku yang mengatakan bahwa saat membaca buku, ia sering sekali jatuh cinta pada salah satu tokoh dalam buku itu. Mengikut kisah hidupnya. Hingga sampai pada saat dimana ia menghadapi kenyataan bahwa halaman terakhir sudah di depan mata. Dan sudah saatnya berpisah dengan tokoh tersebut. Dan itu adalah bagian paling menyedihkan dari membaca sebuah buku. Kalau ngga salah ini pendapat orang dari Quora kayanya, jadi tadi waktu kucari lagi nggak ketemu.
Awalnya saat membaca opini orang itu, aku ngerasa agak ngga paham. Bisa gitu ya kalau orang baca novel/fiksi itu.. Sampai aku sadar sekarang-sekarang ini. … Ketika aku juga mulai merasakan cinta pada sebuah karakter yang ada di dalam novel. Hingga aku menuliskannya bahwa aku harus menemukannya. Meskipun ia tak ada. Mencari seseorang yang menyerupainya. Ah, memang ada-ada saja isi kepala ini. Tapi, kalian harus tahu…
Kalian harus tahu bagaimana penulis mengatur sedemikian rupa, membuat kita merasakan menjadi tokoh utama, menjalani jalan hidupnya. Hingga bertemu dengan sesosok wanita yang misterius, menarik, dan jatuh hati padanya. Dengan segala pernik, misteri, dan jarak yang ada, tak membuat sang tokoh utama untuk berhenti perhatian padanya, berusaha menjaganya meski itu bukan hal yang dibutuhkan, ditolak dan masih terus berusaha untuk mendapatkan rasa kepercayaan darinya. Kalian harus tahu, dan merasakan bagaimana menjadi sang tokoh utama selama sekitar 1000 halaman, dan merasakan teraduk-aduknya perasaan ketika ingin mencinta tapi tak jua bisa. Ah, seperti merana tapi tak juga.
Begitulah, aku ingin mencarinya. Dan ini bukan berarti aku mencintai sosok yang tidak ada, tapi mungkin karena lama hati ini tak berlabuh pada yang nyata.. hingga akhirnya ia berusaha menggapai sesuatu yang tak ada. Ah, semoga hati ini bisa berlabuh pada kenyataan yang bisa menenangkannya.